Metafisika adalah bidang studi yang luas dalam filsafat yang berusaha untuk memahami dan mengklasifikasikan sifat terdalam dari keberadaan. Sebagian besar agama besar, dengan cara yang sama, mencoba memberikan penjelasan tentang bagaimana dan mengapa segala sesuatu, dan orang-orang pada khususnya, ada di dunia. Metafisika dan agama saling terkait, oleh karena itu, karena agama sering berusaha memberikan pemahaman metafisik tentang keberadaan. Pertanyaan-pertanyaan lain yang penting bagi metafisika dan agama mencakup sifat pikiran manusia, kehendak bebas, dan keberadaan serta peran Tuhan.
Satu-satunya faktor yang paling menyatukan metafisika dan agama adalah hakikat keberadaan pada tataran fundamental. Seorang materialis, misalnya, berpandangan metafisik bahwa segala sesuatu dapat dipahami secara material tanpa beralih ke kekuatan supernatural apa pun. Pemeluk agama, di sisi lain, cenderung percaya bahwa dunia ada karena Tuhan atau dewa. Pandangan panteistik tentang metafisika dan agama menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara gagasan “Tuhan” dan “dunia”.
Masalah utama lainnya yang dibahas oleh kedua konsep tersebut adalah kehendak bebas. Tidak diketahui dengan pasti secara ilmiah apakah orang benar-benar memiliki kendali penuh atas tindakan dan keputusan mereka. Ahli metafisika berusaha mempelajari dan memahami apa yang dimaksud dengan “kehendak bebas” sebagai lawan dari determinisme dan jika keduanya dapat didamaikan. Mereka juga berusaha memberikan argumen rasional, kadang-kadang diambil dari ilmu pengetahuan modern, untuk mendukung atau menentang kehendak bebas. Berbagai agama, di sisi lain, mengandalkan kehendak bebas atau determinisme sebagai titik dasar dalam sistem etika mereka.
Teologi adalah bagian dari filsafat yang tertarik untuk meneliti Tuhan dan yang ilahi. Dengan demikian, ia mengundang kontribusi dari metafisika dan agama. Pertanyaan penting dalam teologi meliputi keberadaan Tuhan, kemungkinan mengenal Tuhan, dan peran Tuhan dalam menciptakan dan mengarahkan alam semesta. Beberapa ahli metafisika, misalnya, berpendapat bahwa tidak ada Tuhan atau gagasan tentang “tuhan” hanya mengacu pada pencipta impersonal. Para teolog agama, di sisi lain, sering memperdebatkan Tuhan yang bersifat pribadi atau pandangan teologis yang disajikan oleh agama-agama khusus mereka.
Bagaimana konsep-konsep ini dipelajari didasarkan pada banyak faktor yang berbeda, banyak yang diambil dari filsafat, sejarah, dan agama. Beberapa agama, misalnya, melarang mempertanyakan doktrin agama dan mendorong metafisika dogmatis daripada kritis. Filsuf akademis, di sisi lain, cenderung percaya bahwa setiap pertanyaan dalam metafisika dan agama dapat dan harus dipelajari.