Ada hubungan tertentu antara sikap dan kepuasan kerja karyawan di suatu organisasi. Sikap, atau cara karyawan merasakan tugas pekerjaan, kondisi kerja, dan kompensasi, semuanya berperan dalam kepuasan kerja yang menyusup ke dalam perusahaan. Biasanya, sikap yang lebih positif di sekitar majikan, kepuasan kerja yang lebih besar di antara karyawan akan, dan ini dapat menyebabkan produktivitas kerja yang lebih tinggi. Personil pemberi kerja atau divisi sumber daya manusia dapat melakukan studi untuk menilai kedua faktor ini dan juga dapat menerapkan program untuk meningkatkan sentimen.
Budaya dapat mempengaruhi sikap dan kepuasan kerja karyawan. Misalnya, jika seorang individu termasuk dalam budaya di mana hari-hari keagamaan tertentu diakui, cara majikan memperlakukan hari-hari itu dapat memengaruhi kepuasan kerja karyawan tersebut. Jika perusahaan menghormati hari keagamaan sebagai hari libur, kemungkinan besar akan beresonansi dengan baik dengan individu dari budaya itu. Di sisi lain, dalam hal majikan tidak menghormati hari besar agama budaya tertentu, sikap individu dapat terpengaruh secara negatif, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kepuasan kerja yang lebih rendah.
Kompensasi, termasuk gaji dan tunjangan yang dibawa pulang karyawan, tentu saja membentuk perasaan karyawan tentang pekerjaan mereka. Pengusaha yang menciptakan lingkungan di mana karyawan diberi kompensasi yang adil dan di mana ada peluang untuk tumbuh cenderung menciptakan sentimen positif di sekitar karyawan. Namun, jika ada faktor negatif yang mempengaruhi kompensasi, seperti biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi yang mengurangi pendapatan bersih karyawan, sikap dan kepuasan kerja dapat terganggu. Sikap terhadap majikan sering dipengaruhi oleh hubungan dengan rekan kerja juga. Jika ada rasa lingkungan tim yang kuat, misalnya, ini dapat menyebabkan sikap yang menguntungkan di suatu pekerjaan, sementara hubungan yang tidak bersahabat dapat merusak lingkungan kerja.
Tanda-tanda bahwa perbaikan sikap dan kepuasan kerja karyawan perlu dilakukan dapat diidentifikasi dalam pola perilaku. Misalnya, ketidakhadiran yang tinggi dapat disebabkan oleh stres dan penyakit yang dihasilkan dari kepuasan kerja yang rendah. Kekhawatiran tentang sikap negatif dan kepuasan kerja yang rendah dapat diatasi dengan membagikan survei kepada karyawan untuk mempelajari apa yang mungkin mendorong sentimen negatif. Berdasarkan tanggapan karyawan, pemberi kerja dapat menerapkan perubahan yang mungkin menghasilkan hasil yang bermanfaat. Kepuasan kerja yang lebih tinggi dapat mengurangi kejadian ketidakhadiran, yang pada gilirannya akan mengarah pada produksi yang lebih besar dari karyawan.