Apa Hubungan antara Retorika dan Logika?

Hubungan antara retorika dan logika adalah bahwa logika, atau logos, adalah bagian utama dari seni retorika. Selain bong yang kuat di antara keduanya, bagian dari tujuan studi logika adalah untuk mendekonstruksi retorika dan mematahkan argumen hingga ke tulang-tulangnya. Retorika memperkenalkan daya tarik emosi, yang dikenal sebagai pathos, dan bertujuan untuk meyakinkan orang bahwa argumen itu benar karena otoritas yang dirasakan pembicara, yang dikenal sebagai etos. Meskipun logika adalah bagian dari seni retorika, seperti halnya pathos dan logos, tujuannya secara khusus untuk mendiskreditkan argumen yang terbentuk pada retorika saja.

Filsuf Yunani kuno memperkenalkan studi retorika ke dunia, dan itu pada dasarnya adalah studi tentang argumentasi. Sebagai bagian dari argumentasi, mahasiswa retorika belajar tentang logika, yang berfokus pada struktur dan validitas argumen. Studi ini sejalan dengan pembelajaran untuk menarik emosi penonton dan menciptakan citra pribadi yang dapat dipercaya dan berwibawa. Retorika dan logika secara fundamental terkait dengan cara ini, dan mahasiswa retorika akan membuat logika dan elemen penting dari studi mereka.

Menggabungkan seni retorika utama lainnya dengan logika dapat membantu orang membentuk argumen yang meyakinkan. Politisi, misalnya, akan menggunakan teknik retorika, seperti anafora dan metafora, di samping argumen logis untuk membuktikan bahwa kebijakan lawan mereka bodoh. Campuran argumen logis dan daya tarik emosi ini seringkali sangat efektif dalam menyampaikan maksud kepada audiens. Politisi juga merangkul etos dengan terus berusaha menampilkan diri mereka sebagai karismatik dan dapat dipercaya. Namun, hubungan antara retorika dan logika tidak selalu seharmonis ini.

Dalam studi formal logika, retorika mendapat banyak perhatian. Ini karena hubungan antara retorika dan logika dalam studi retorika tradisional agak kontradiktif. Retorika secara khusus bertujuan untuk meyakinkan orang tentang suatu argumen melalui metode selain penalaran saja. Logika dirancang khusus untuk memecah argumen menjadi asumsi dan kesimpulan logis yang hambar. Dalam melakukan ini, ahli logika menghilangkan aspek retorika yang tidak relevan dan menyesatkan dan dapat fokus pada struktur argumen itu sendiri.

Retorika dan logika, meskipun dihubungkan oleh para filsuf Yunani kuno di bawah judul “retorika”, dalam beberapa hal adalah musuh. Misalnya, jika seseorang berargumen bahwa “ketika orang dibawa ke penjara, keluarga mereka hancur dan kacau, oleh karena itu penjara itu buruk,” mereka bermaksud untuk menarik emosi penonton untuk meyakinkan mereka bahwa penjara itu buruk. . Tugas ahli logika adalah menunjukkan bahwa efek pada keluarga terdakwa mungkin tidak relevan dengan argumen tentang apakah penjara itu baik atau buruk. Dengan cara ini, retorika dan logika dapat dianggap sebagai musuh alami.