Hubungan antara kemarahan dan seks tergantung pada konteks dan orang-orang yang terlibat. Misalnya, kemarahan yang diselesaikan dapat mengarah langsung ke keintiman seksual untuk beberapa pasangan, sementara kemarahan kronis dapat menyebabkan masalah hubungan yang menurunkan libido setidaknya satu pasangan. Mereka juga dapat berhubungan selama tindakan seksual, dan dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi bentuk pemerkosaan. Orang dengan masalah manajemen kemarahan terkadang juga mengalami masalah dengan hasrat seksual yang tidak sesuai, meskipun hal ini tidak universal. Ketika keduanya memiliki hubungan yang konstan dan merusak, ini bisa berbahaya bagi semua pasangan yang terlibat.
Ada banyak cara berbeda di mana kemarahan dan seks dapat dikaitkan, tetapi hubungan ini biasanya negatif. Orang yang menderita masalah kemarahan dapat bertindak secara seksual melalui pemerkosaan atau mungkin menggunakan seks sebagai ancaman untuk mengakhiri pertengkaran. Beberapa orang bahkan terangsang oleh kemarahan, yang mungkin tidak dipahami oleh pasangan seksualnya. Meskipun tidak selalu buruk untuk menghubungkan keduanya, penting bahwa hubungan ini tidak membahayakan orang lain.
Kemarahan yang lambat atau ketidakpuasan dengan suatu hubungan dapat menyebabkan hilangnya libido dan hasrat seksual. Ketika kemarahan tidak meletus dan masalah yang menyebabkannya tidak pernah terselesaikan, mungkin sulit bagi sebagian orang untuk merasakan gairah seksual. Untuk alasan ini, memastikan bahwa suatu hubungan bebas dari kebencian dan jenis kemarahan konstan lainnya dapat membantu meningkatkan interaksi seksual.
Dalam beberapa kasus, kemarahan yang sehat dapat menyebabkan peningkatan perasaan keintiman dan hasrat seksual. Ketika pasangan menjadi marah dan masalah telah diselesaikan dengan memuaskan, banyak pasangan merasa lebih dekat, dan keintiman secara keseluruhan dapat ditingkatkan. Selain itu, dalam beberapa kasus, seks digunakan bahkan selama ledakan kemarahan untuk mengingatkan pasangan tentang hubungan intim mereka. Karena alasan ini, tidak semua hubungan antara kemarahan dan seks adalah negatif atau berbahaya. Meski begitu, ketika seks digunakan untuk mengatasi kemarahan, selalu ada risiko bahwa hubungan berbahaya akan terbentuk antara emosi negatif dan keintiman seksual.
Kelompok terapi yang berbeda memiliki sikap yang berbeda terhadap kemarahan, tetapi ketika kemarahan cukup berbahaya untuk memerlukan perawatan, penting bagi individu untuk mencari terapis yang memiliki reputasi baik. Orang-orang ini mungkin menunjukkan hubungan khusus antara emosi dan seks yang mungkin terkait dengan masalah psikologis yang lebih dalam. Bagi orang yang menghubungkan hasrat seksual dengan perasaan marah, pemulihan bisa jadi sulit dan mungkin melibatkan perubahan substansial pada proses berpikir mereka.