Apa Hubungan antara Keamanan Jaringan dan Peretasan Etis?

Hubungan dasar antara keamanan jaringan dan peretasan etis adalah bahwa peretas topi putih dapat digunakan untuk menguji integritas jaringan. Peretas etis ini menggunakan banyak metode yang sama dengan yang digunakan peretas kriminal, atau topi hitam, tetapi mereka beroperasi dengan izin dari pemilik jaringan. Jenis peretasan etis ini terkadang disebut sebagai pengujian penetrasi, karena dapat digunakan untuk mensimulasikan serangan nyata. Dengan mengamati jenis peretasan yang dikontrol ketat ini, setiap titik lemah dalam keamanan jaringan dapat diidentifikasi dan diatasi sebelum serangan yang sebenarnya terjadi. Ini pada akhirnya dapat menghemat uang organisasi, menghentikan pencurian informasi berharga, dan mencegah gangguan layanan.

Konsep keamanan jaringan berkaitan dengan pencegahan akses tidak sah ke data atau sumber daya sistem. Administrator jaringan dapat menggunakan berbagai alat dan kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang aman. Jaringan publik dan pribadi dapat memanfaatkan berbagai bentuk keamanan, karena jaringan apa pun yang menyertakan data yang tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat umum biasanya memerlukan beberapa jenis perlindungan. Ini bisa apa saja, mulai dari sistem otentikasi yang dilindungi kata sandi hingga firewall yang kompleks. Keamanan jaringan juga dapat mencakup beberapa lapisan perlindungan, seperti bisnis yang mengizinkan pelanggan mengakses koneksi Wi-Fi-nya tetapi bukan konten komputernya.

Keamanan jaringan dan peretasan etis adalah dua konsep yang terkait erat, karena yang satu pada dasarnya ditentukan oleh yang lain. Peretasan topi putih dianggap etis karena diizinkan oleh pemilik atau operator jaringan untuk menguji batas sistem keamanan. Tidak seperti peretas topi hitam yang membobol sistem untuk keuntungan pribadi atau untuk merusak organisasi, peretas etis dipekerjakan untuk mengidentifikasi kerentanan sehingga dapat diperbaiki. Tes penetrasi biasanya melibatkan serangan langsung pada jaringan menggunakan berbagai teknik dan alat peretasan, tetapi peretas etis juga dapat menggunakan metode lain seperti phishing atau bahkan membobol pusat data secara fisik.

Ada juga jenis hacker lain, yang disebut sebagai topi abu-abu. Sementara keamanan jaringan dan peretasan etis berjalan seiring karena izin dari administrator jaringan, peretas topi abu-abu bekerja tanpa izin apa pun. Aktivitas mereka dapat mengungkapkan kerentanan jaringan sebelum serangan berbahaya yang sebenarnya seperti pengujian penetrasi resmi, tetapi mereka masih dianggap kriminal oleh sebagian besar otoritas.