Apa Hubungan Antara Disleksia dan Dispraksia?

Disleksia dan dispraksia adalah gangguan terpisah yang terkadang terjadi bersamaan. Penderita disleksia mengalami kesulitan membaca, menulis, dan mengeja, sedangkan dispraksia adalah gangguan koordinasi motorik yang dapat mempersulit dalam melakukan tugas motorik halus. Perawatan tersedia untuk membantu pasien mengembangkan keterampilan koping yang dapat mereka gunakan di kelas, di tempat kerja, dan di rumah. Disleksia dan dispraksia sering didiagnosis pada tahun-tahun awal sekolah ketika guru mengamati bahwa seorang siswa mengalami kesulitan untuk mengimbangi teman-temannya.

Tingkat keparahan setiap gangguan dapat bervariasi, dan pengalaman untuk pasien yang berbeda mungkin sangat unik; dua orang dengan disleksia belum tentu memiliki gejala yang sama dan mungkin tidak merespon pengobatan dengan cara yang sama. Ketika disleksia dan dispraksia muncul bersamaan, manifestasi dari kedua kondisi tersebut bisa lebih kompleks dan sering bersinggungan satu sama lain. Misalnya, dispraksia dapat membuat sulit untuk belajar menulis dengan jelas, dan ini dapat memperburuk disleksia.

Penderita disleksia sering mengalami kesulitan dengan kata-kata yang terdengar dan terlihat mirip. Mengajar mereka membaca dan menulis bisa jadi menantang, dan tugas seperti mengeja mungkin sangat sulit. Dalam beberapa kasus, akomodasi untuk disleksia dapat mencakup hal-hal seperti tidak menghukum siswa karena ejaan yang buruk sebagai pengakuan atas fakta bahwa mereka mungkin tidak dapat membedakan antara “melalui” dan “melempar”, misalnya, atau antara “melalui” dan “menyeluruh”. .” Siswa juga dapat menghadiri les atau kelas intensif untuk mengembangkan keterampilan membaca dan menulis di lingkungan di mana mereka tidak ditekan atau diejek oleh teman sebaya.

Dispraksia dapat menyebabkan kurangnya koordinasi. Selain menimbulkan masalah dengan tulisan tangan, juga dapat membuat pasien sulit untuk berbicara. Pasien dengan disleksia dan dispraksia mungkin mengalami kesulitan membentuk kata-kata, membedakan antara suara-suara yang mirip saat berbicara, atau menamai benda-benda di sekitarnya dengan benar. Pada dispraksia oromotor, pasien mengalami kesulitan mengoordinasikan mulutnya untuk berbicara. Terapi wicara-bahasa dapat membantu seseorang dengan kondisi ini mengembangkan keterampilan berbicara dan mungkin juga memberinya alat komunikasi augmentatif seperti papan komunikasi.

Dengan disleksia dan dispraksia, kesulitan siswa dengan ekspresi verbal tidak berarti dia lambat atau tidak cerdas. Faktanya, beberapa anggota komunitas ilmiah yang sangat terkenal, termasuk Albert Einstein dan Pierre Curie, menderita disleksia. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan berbicara, tetapi tidak mengubah kemampuan penalaran atau kapasitas belajar, selama materi disajikan dalam format yang dapat dipahami siswa.