Protein reaktif C (CRP) dan rheumatoid arthritis terkait erat pada sebagian besar pasien yang menderita rheumatoid arthritis. Kehadiran CRP dalam aliran darah pasien dapat mengingatkan dokter tentang kemungkinan bahwa pasien memiliki penyakit ini, meskipun tidak semua pasien dengan rheumatoid arthritis akan dites positif untuk CRP. Meskipun CRP dapat menjadi indikasi masalah lain, keberadaan protein ini bersama dengan gejala rheumatoid arthritis lainnya dapat menjadi indikator kuat bahwa seorang pasien menderita penyakit tersebut. Artritis reumatoid seringkali sulit didiagnosis oleh dokter karena begitu banyak gejala yang mirip dengan gangguan lain, jadi tes untuk menentukan keberadaan CRP adalah salah satu cara untuk mempersempit kemungkinan penyebab gejala pasien.
Para dokter telah mengetahui hubungan antara CRP dan rheumatoid arthritis sejak tahun 1980-an. Protein ini ditemukan pada tahun 1930-an, ketika ditemukan bahwa keberadaan protein ini dalam aliran darah pasien menunjukkan bahwa ada peradangan di suatu tempat di dalam tubuh. Sementara tes kadar CRP tidak dapat digunakan untuk menunjukkan di mana atau seberapa parah peradangan itu, tes tersebut dapat membantu dokter mendiagnosis rheumatoid arthritis. Pasien dengan kasus ringan dari penyakit ini mungkin tidak memiliki pembengkakan yang terlihat pada persendian, tetapi adanya CRP dapat mengkonfirmasi adanya peradangan.
CRP dapat menunjukkan semua jenis pembengkakan, jadi ketika membuat hubungan antara keberadaan CRP dan rheumatoid arthritis, dokter perlu memeriksa sejumlah faktor lainnya. Pasien dengan rheumatoid arthritis sering dites positif untuk antibodi tertentu, yang bila hadir bersama dengan CRP, dapat menunjukkan kemungkinan penyakit ini. Meskipun CRP dapat mengindikasikan rheumatoid arthritis, CRP juga dapat terjadi pada pasien yang kelebihan berat badan, jadi dokter akan mempertimbangkan hal ini saat memeriksa kadar protein ini dalam aliran darah pasien. CRP dan rheumatoid arthritis tidak terkait begitu erat sehingga kehadiran yang satu secara positif menunjukkan keberadaan yang lain.
Tingkat CRP dalam aliran darah pasien juga dapat digunakan untuk menentukan seberapa efektif pengobatan untuk rheumatoid arthritis untuk pasien individu. Saat memeriksa hubungan antara CRP dan rheumatoid arthritis, dokter akan secara berkala menguji kadar CRP dalam aliran darah pasien untuk menentukan apakah peradangan berkurang. Penurunan CRP menunjukkan bahwa pengobatan rheumatoid arthritis tertentu mungkin efektif, sementara peningkatan atau tidak ada perubahan tingkat CRP dapat menunjukkan bahwa penyakit ini terus berkembang, bahkan jika gejala pasien telah membaik.