Gejala keracunan hati termasuk penyakit kuning, sakit perut, gatal kronis pada kulit, dan pembengkakan perut. Selain itu, tinja pucat, urin berwarna gelap, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan kronis juga bisa menjadi gejala keracunan hati. Nyeri sendi, tinja hitam, lembek atau berdarah, dan mual juga bisa menandakan gejala toksisitas hati. Beberapa kasus toksisitas hati sembuh dengan sendirinya, sementara yang lain mungkin memerlukan manajemen medis, seperti pemberian cairan intravena.
Salah satu tanda terpenting dari toksisitas hati adalah penyakit kuning. Kondisi ini ditandai dengan menguningnya kulit dan mata yang disebabkan oleh peningkatan kadar zat kimia yang disebut bilirubin. Zat coklat kekuningan yang ada dalam empedu ini diproduksi ketika sel darah merah dipecah oleh hati. Ketika kadar bilirubin serum meningkat, hati terkadang tidak dapat memprosesnya, menyebabkan penyakit kuning berikutnya.
Toksisitas hati dapat disebabkan oleh bahan kimia dan obat-obatan tertentu. Hati biasanya bertanggung jawab untuk menyaring racun dari aliran darah, dan ketika menjadi kelebihan beban dengan zat-zat tertentu, dapat menyebabkan keracunan. Toksisitas hati dapat disebabkan oleh resep atau obat pereda nyeri yang dijual bebas, minuman beralkohol, dan suplemen nutrisi. Sebelum mengonsumsi obat atau suplemen yang dijual bebas, orang harus memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan mereka dapat meminumnya dengan aman.
Acetaminophen, yang merupakan pereda nyeri over-the-counter populer, telah terlibat dalam menyebabkan toksisitas hati bila dikonsumsi dalam dosis yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan, bila dikonsumsi untuk jangka waktu yang lama, atau bila dikonsumsi dengan alkohol. Meskipun hati mampu memetabolisme alkohol, sejumlah besar alkohol, atau alkohol yang dicampur dengan pereda nyeri dapat membahayakan hati.
Peningkatan enzim hati dapat menandakan gagal hati atau toksisitas hati. Selain itu, peningkatan enzim hati dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Ini termasuk mononukleosis menular, virus Epstein Barr, sirosis hati, dan diabetes. Pil KB, terapi penggantian hormon, dan dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan enzim hati. Minum banyak air dapat membantu mengembalikan kadar enzim hati yang normal pada pasien dehidrasi.
Kadang-kadang, infeksi virus dapat meniru gejala hati yang toksik. Infeksi ini termasuk cacar air dan herpes zoster, yang termasuk dalam keluarga virus herpes simpleks. Ketika hati menjadi tertantang sebagai akibat dari infeksi virus ini, jarang menjadi serius. Biasanya, setelah virus sembuh, tes laboratorium akan kembali normal. Namun, rasa sakit dan peradangan hati yang diakibatkannya dapat bertahan, bahkan setelah infeksi telah sembuh. Selain hati, limpa dapat membesar bila ada infeksi.