Apa Fungsi Imaji dalam Sastra?

Fungsi utama dari citra dalam sastra adalah untuk membawa kualitas hidup untuk pemandangan, orang, atau keadaan. Pencitraan umumnya dipandang sebagai “perangkat sastra”, yang pada dasarnya berarti bahwa itu adalah cara menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu. Penulis menggunakan perumpamaan untuk menghidupkan kata-kata mereka dengan cara yang realistis dan otentik; itu memungkinkan mereka untuk membangkitkan perasaan dan gambar tertentu dalam pikiran pembaca yang memberikan ilusi berasal dari pembaca itu sendiri. Para ahli terkadang menyebut tulisan semacam ini sebagai “menunjukkan bukan menceritakan”, yang pada dasarnya berarti bahwa penulis dapat menggunakan bahasa dengan cukup artistik untuk menghasilkan hasil tanpa secara langsung menyatakan atau mengejanya. Imajinasi dalam karya sastra biasanya dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu bahasa deskriptif dan bahasa kiasan. Ada banyak contoh dan variasi, tetapi semuanya pada umumnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menambah kedalaman dan nuansa yang lebih hidup pada tulisan yang ada.

Memahami Perangkat Sastra Secara Umum

Perangkat sastra pada dasarnya adalah teknik yang dapat digunakan penulis untuk membuat kata-kata mereka lebih menarik dan prosa mereka lebih efektif. Terkadang cara paling langsung untuk menyampaikan maksud adalah dengan menulis sesuatu dengan cara yang paling mendasar dan lugas, tetapi tidak selalu. Bahasa juga dapat digunakan dengan sangat artistik, dan dapat menjadi sarana untuk menggambarkan, membujuk, dan menunjukkan kepada pembaca hal-hal yang belum pernah mereka pikirkan sebelumnya. Perangkat sastra bisa sangat membantu dalam situasi seperti ini.

Perumpamaan khususnya seringkali sangat berguna ketika menggambarkan pengalaman tertentu atau menggambar analogi antara hal-hal yang terkait. Ketika digunakan dengan benar, itu dapat membawa banyak konteks kepada pembaca dan juga dapat membuat adegan atau situasi yang dijelaskan tampak hidup dan realistis. Hal ini dapat menarik indra dan membawa kualitas hidup untuk karakter atau pengaturan dalam sebuah karya tertulis, yang sering membantu atau setidaknya merangsang imajinasi pembaca.

Bahasa Deskriptif

Bahasa deskriptif sering kali merupakan metode paling langsung dalam menggunakan citraan dalam karya sastra. Tujuan dari jenis perumpamaan ini adalah untuk menciptakan deskripsi adegan yang hidup dan realistis, menarik sebanyak mungkin indra pembaca. Penulis sering menggunakannya ketika mereka menggambarkan penampilan karakter dan latar, dan suara, bau, rasa dan nuansa dunia fiksi. Menyeimbangkan itu penting: memberikan terlalu sedikit informasi tidak memungkinkan pembaca untuk menggambarkan adegan dengan jelas, tetapi terlalu banyak informasi dapat memperlambat narasi dan mengurangi peran imajinasi pembaca.

Menggunakan Suara

Selain digunakan dalam penggambaran tokoh, latar dan objek, citraan juga digunakan secara kiasan. Beberapa teknik bahasa kiasan yang paling umum termasuk perangkat yang berhubungan dengan suara seperti onomatopoeia, aliterasi, asonansi dan konsonan.

Onomatopoeia adalah teknik memilih kata-kata yang terdengar ketika diucapkan seperti suara yang ingin mereka tiru; kata “buzz” adalah salah satu contohnya. Onomatopoeia sebagian besar digunakan dalam puisi, tetapi juga memiliki fungsi dalam prosa. Jika digabungkan dengan aliterasi, asonansi, dan konsonan — teknik yang melibatkan pengulangan bunyi konsonan dan vokal — dapat menciptakan suasana bunyi melalui peniruan. Misalnya, dalam bagian tentang angin, suara mendesis dari huruf “s” dapat menciptakan kembali suara angin yang bertiup melalui dedaunan pohon, yang menurut banyak orang dapat menghidupkannya lebih dari sekadar deskripsi sederhana.
Perumpamaan dan Metafora

Simile dan metafora juga sering digunakan untuk menyampaikan citra kiasan. Keduanya adalah frasa yang dimaksudkan untuk membandingkan satu objek dengan objek lainnya. Sebuah perumpamaan menggunakan istilah “seperti” atau “sebagai” sebagai kendaraan utama perbandingan, seperti dalam kalimat deskriptif “Kelelawar memukul bola dengan suara seperti tembakan.” Metafora, di sisi lain, tidak menggunakan kata-kata “seperti” atau “sebagai” tetapi menggunakan kata-kata langsung: “Kembang api menggelegar di telinganya.” Idenya di sini bukanlah bahwa kembang api benar-benar meledak di telinganya, melainkan bahwa kembang api itu terdengar sangat keras — sentimen yang sama dari contoh perumpamaan di atas.

Dengan perumpamaan dan metafora, citra yang digunakan membuat tulisan lebih menarik dan seringkali lebih mudah didekati. Metafora sering dianggap lebih berwibawa dan menyampaikan ekonomi kata yang lebih ketat, tetapi perumpamaan terkadang dapat memberikan lebih banyak ruang untuk imajinasi.
Pengejawantahan
Personifikasi adalah bentuk lain dari citra figuratif dalam sastra. Teknik ini menganggap kualitas manusia sebagai subjek yang bukan manusia untuk memberinya rasa hidup. Ini bisa efektif ketika menggambarkan fenomena alam seperti kilat, terutama bila dikombinasikan dengan citra lain. Contoh dari ini mungkin kalimat seperti ini: “Petir menyebar di langit dan mencapai tanah dengan jari-jari mencari.” Memberikan benda mati atau tidak manusiawi kualitas manusia dapat membuat makna penulis segera dikenali.