Fungsi aliterasi dalam karya sastra adalah untuk memberikan penekanan pada suatu titik tertentu atau untuk membuat beberapa aspek karya tersebut lebih mudah diingat. Dalam prosa, misalnya, aliterasi sering digunakan untuk menarik perhatian pembaca pada kalimat tertentu dan membuatnya menonjol. Aliterasi juga sering digunakan dalam penamaan karakter, untuk membuat mereka memiliki nama yang lebih mudah diingat yang menyenangkan untuk diucapkan. Sementara fungsi aliterasi hampir sama baik dalam puisi maupun prosa, penyair sering menggunakannya untuk menetapkan ritme puisi dan untuk kualitas auralnya.
Aliterasi dalam sastra adalah penggunaan kata-kata tertentu bersama-sama dengan bunyi konsonan yang serupa, biasanya di awal atau di tempat yang sama di setiap kata. Judul artikel ini termasuk aliterasi karena memiliki pengulangan tidak hanya suara “l” di awal setiap kata, tetapi juga suara “t” yang mengikutinya. Aliterasi sering digunakan dalam prosa dan puisi, meskipun dapat mencapai hal yang berbeda dalam setiap bentuk.
Dalam prosa, biasanya digunakan untuk membuat garis tertentu lebih menonjol dibandingkan garis-garis di sekitarnya. Baris terakhir dari The Great Gatsby oleh F. Scott Fitzgerald memberikan contoh aliterasi yang sangat baik dalam sastra, yang terdiri dari “Jadi kami terus melaju, perahu melawan arus, dibawa kembali tanpa henti ke masa lalu.” Pengulangan bunyi “b” ini memperkuat gagasan awal pemukulan yang dinyatakan dalam kalimat, dan menciptakan ritme dan bunyi di dalam baris hampir seperti drum. Melalui aliterasi dalam sastra, Fitzgerald mendukung ide yang disajikan dalam baris dengan menggunakan kata-kata di dalamnya untuk membangkitkan rasa ritme dan hentakan objek seperti perahu melawan ombak.
Aliterasi juga sering digunakan oleh penulis ketika membuat nama karakter. Nama karakter buku komik populer seperti Peter Parker, Bruce Banner, dan Clark Kent, serta karakter kartun seperti Donald Duck, Mickey Mouse, dan Bugs Bunny semuanya menggunakan aliterasi. Ini menciptakan nama yang menyenangkan untuk diucapkan dan didengar, dan juga mudah diingat.
Penggunaan aliterasi dalam sastra juga umumnya meluas ke puisi juga. Dalam puisi, aliterasi sering digunakan untuk cara membuat baris atau frase terdengar. Karena puisi sering dibacakan, kualitas suara yang dimiliki kata-kata tersebut bisa menjadi jauh lebih penting. Baris “suara gemerisik tak pasti yang menyedihkan dari setiap tirai ungu” di The Raven karya Edgar Allen Poe menampilkan aliterasi dan onomatopoeia bersama-sama. Pilihan kata Poe dan bunyi “s” dalam kata-kata itu tidak hanya aliteratif, tetapi juga menciptakan bunyi gorden yang berdesir dan bergeser bersama.