Gangguan stres pasca-trauma, juga dikenal sebagai PTSD, dapat menyebabkan sejumlah gejala perilaku. Ketika jiwa mencoba untuk mengatasi efek samping dari trauma fisik atau mental, perilaku PTSD mungkin muncul, yang memerlukan perawatan terapeutik. Beberapa jenis perilaku PTSD yang paling umum termasuk gejala penghindaran atau pelepasan dan peningkatan kepekaan emosional. Meskipun tidak selalu terlihat secara lahiriah, orang dengan gangguan stres pasca-trauma mungkin juga mengalami mimpi buruk yang jelas, atau mengalami kilas balik trauma.
Salah satu strategi yang mungkin digunakan pikiran setelah trauma adalah pelepasan. Beberapa tanda perilaku PTSD termasuk menolak untuk berbicara tentang trauma, kehilangan minat dalam pengejaran yang sebelumnya dinikmati, dan mengubah atau menghentikan rutinitas biasa. Hubungan dengan teman dekat dan anggota keluarga dapat menjadi tegang karena perilaku PTSD; korban mungkin mengalami kesulitan berhubungan dengan orang yang dicintai, atau mulai memutuskan ikatan emosional untuk melepaskan diri lebih jauh. Sementara pikiran mungkin perlu untuk sementara mundur dari pengalaman trauma, gejala penghindaran dapat membahayakan hubungan pribadi dan tujuan karir dari waktu ke waktu. Selain itu, seseorang yang terjerat dalam menghindari trauma mungkin mengalami kesulitan penyembuhan, karena ia tidak mampu mengatasi sumber rasa sakit psikologis.
Beberapa perilaku PTSD bermanifestasi sebagai hipersensitivitas, atau melalui keadaan emosional yang meningkat. Orang dengan PTSD mungkin mengalami kesulitan mengendalikan emosi mereka, menjadi marah secara tidak proporsional karena masalah kecil, dan memiliki serangan emosi yang intens. Beberapa mungkin mengalami tingkat paranoia yang tinggi mengenai keselamatan pribadi, dan mungkin merasa sangat tidak nyaman dalam situasi yang terasa tidak aman, atau panik ketika terkejut. Dalam beberapa kasus, perilaku PTSD emosional yang meningkat dapat menyebabkan perubahan dalam penggunaan alkohol atau narkoba, dan dapat menjadi pintu gerbang menuju kecanduan.
Salah satu gejala PTSD yang paling umum adalah ketidakmampuan untuk mengingat trauma tanpa menghidupkan kembali pengalaman itu. Seorang pasien PTSD mungkin mengingat kejadian itu berkali-kali dalam sehari, tidak hanya mengingat apa yang terjadi, tetapi juga mengalami tekanan emosional, dan bahkan rasa sakit fisik, setiap kali trauma itu dihidupkan kembali. Beberapa mungkin juga mengalami mimpi buruk berulang yang jelas dari trauma, yang menyebabkan gangguan tidur. Tanda-tanda lahiriah dari kilas balik PTSD mungkin termasuk perubahan pola pernapasan, berkeringat, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan gejala kecemasan lainnya. Seseorang yang mengalami mimpi buruk terkait PTSD mungkin meronta-ronta atau berbicara dalam tidurnya, takut untuk pergi tidur, dan mungkin tidak dapat melepaskan mimpi buruk itu begitu terbangun.
Perilaku PTSD dapat menunjukkan bahwa seseorang mengalami kesulitan menghadapi trauma secara sehat. Bahkan dengan intervensi terapeutik, korban trauma mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk mengendalikan gejala perilaku dari kondisi ini. Selain menciptakan lingkungan yang aman untuk membicarakan pengalaman traumatis, terapi dapat memberikan jalan keluar bagi korban trauma untuk mendiskusikan gejala mereka dan menyusun strategi untuk mengelola setiap masalah.