Apa Artinya “Mengajukan Pertanyaan”?

Ungkapan “mohon pertanyaan” dapat digunakan untuk mengartikan dua hal yang sangat berbeda. Dalam penggunaan aslinya, itu menyiratkan bahwa mengajukan pertanyaan menyiratkan atau mengasumsikan jawaban atas pertanyaan lain. “Beg the question” juga digunakan untuk menggambarkan situasi atau keadaan yang meminta pertanyaan tertentu untuk diajukan.

Tulisan-tulisan Aristoteles tentang logika seolah-olah menjadi asal muasal makna pertama dari ungkapan tersebut. Dalam terjemahan bahasa Inggris dari karyanya, “beg the question” digunakan untuk merujuk pada pertanyaan wajar yang mengasumsikan jawaban atas pertanyaan pertama. Secara khusus, ini berarti bahwa penanya berasumsi bahwa dia tahu jawaban yang benar untuk pertanyaan awal yang tidak ditanyakan. Contoh situasi yang mungkin menimbulkan pertanyaan adalah seorang pria yang bertanya kepada seorang wanita kapan dia bisa menjemputnya untuk berkencan tanpa terlebih dahulu menanyakan apakah dia akan pergi berkencan dengannya. Pertanyaan waktu mengasumsikan bahwa jika dia benar-benar memintanya untuk pergi bersamanya, jawabannya adalah ya dan oleh karena itu, dia dapat langsung bertanya tentang waktu.

Mengajukan pertanyaan adalah teknik yang sering digunakan oleh tenaga penjualan yang mencoba mengubah prospek menjadi pelanggan. Misalnya, petugas penjualan di toko mungkin bertanya kepada pelanggan apakah dia ingin sweter biru atau sweter hijau. Petugas itu menyiratkan bahwa keputusan untuk membeli sweter telah dibuat dan bahwa pelanggan sekarang harus memutuskan mana yang dia inginkan. Ketika teknik ini bekerja, itu bekerja dengan baik. Namun, bila tidak berhasil, pelanggan kemungkinan besar akan menjadi tidak percaya pada staf penjualan, situasi yang dapat menyebabkan penjualan hilang.

Suatu saat di awal 1990-an ungkapan “mohon pertanyaan” mengambil makna sekunder. Ini mulai digunakan untuk menggambarkan keadaan yang memaksa seseorang untuk mengajukan pertanyaan tertentu. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa mobilnya meledak, hampir tidak mungkin untuk tidak bertanya bagaimana hal itu terjadi.

Penggunaan ini dapat digunakan untuk memberikan pertanyaan tentang keseriusan atau urgensi. Misalnya, dalam menghadapi kejahatan keji, editorial yang berapi-api mungkin menyatakan bahwa kejahatan itu menimbulkan pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi. Dalam beberapa kasus, frasa tersebut dapat dengan mudah diganti dengan frasa “mengajukan pertanyaan”, biasanya untuk menyiratkan tingkat gravitasi atau keputusasaan yang lebih besar.