Kata Tjuta adalah rangkaian formasi batuan yang tidak biasa di Australia. Mereka telah diperlakukan sebagai situs suci oleh suku Aborigin Pitjantjatjara selama ribuan tahun, dan terus digunakan untuk tujuan upacara sakral dan acara lainnya. Pitjantjatjara, yang menyebut diri mereka sebagai Anangu, adalah penjaga Kata Tjuta dan Uluru yang berdekatan, situs suci lainnya. Kedua situs tersebut menarik bagi pengunjung Australia, yang sering meluangkan waktu untuk melihatnya.
Formasi tertinggi di Kata Tjuta adalah Gunung Olga, dan formasi batuan ini juga dikenal sebagai The Olgas. Sesuai kesepakatan, banyak orang menggunakan nama ganda, Kata Tjuta/Gunung Olga, yang mengakui nama Eropa untuk formasi tersebut sekaligus menghormati nama Aborigin. Formasi ini secara kasar berbentuk kubah, dan terbuat dari batuan sedimen dengan konsentrasi batupasir yang tinggi. Ada 36 kubah, tersebar di lingkungan gurun Australia.
Kata Tjuta sangat luar biasa untuk dilihat, baik dari atas maupun dari bawah. Nama “Kata Tjuta” berarti “banyak kepala”, mengacu pada penampilan yang tidak biasa dari formasi batuan ini. Anangu yang merawat Kata Tjuta dan Uluru/Ayer’s Rock telah ditunjuk sebagai penjaga situs-situs ini dalam keinginan untuk menghormati warisan dan kepercayaan Aborigin, dan karena hubungan mereka yang luas dengan situs tersebut membuat mereka menjadi pilihan alami bagi para wali.
Pengunjung Australia yang tertarik melihat pemandangan ini dapat memesan tur, atau bepergian dengan mobil pribadi. Gurun Australia dapat menjadi lingkungan yang sulit untuk dilalui, dan penting bagi pengunjung untuk mempersiapkan diri dengan baik jika bepergian dengan mobil. Pelancong harus membawa persediaan air yang cukup, termasuk persediaan cadangan jika mobil mogok atau ada masalah.
Pengunjung juga harus menyadari bahwa Kata Tjuta dan Uluru adalah situs suci selain atraksi wisata, dan mereka harus mematuhi papan petunjuk di area tersebut dan memperlakukan situs ini dengan hormat. Sama seperti seseorang tidak akan memperlakukan pendeta dengan kasar ketika mengunjungi gereja atau berpakaian tidak pantas untuk kunjungan ke kuil Buddha di Thailand, pengunjung harus memperlakukan Anangu dan situs keagamaan mereka dengan hormat sehingga anggota masyarakat dapat terus menikmatinya. Area tertentu mungkin ditutup untuk umum karena alasan agama, dan terkadang, akses ke Kata Tjuta mungkin dibatasi sehingga orang dapat melakukan upacara keagamaan di lingkungan yang terkendali.