Di Barat, orang tua akan sering memilih nama anak-anak mereka berdasarkan arti nama atau untuk mengenang anggota keluarga lainnya. Di belahan dunia lain, cara ini tidak selalu berhasil. Misalnya, orang tua Bali memilih nama anak mereka berdasarkan urutan kelahiran. Pada dasarnya ada empat nama di Bali berdasarkan urutan kelahiran seorang anak. Anak sulung Wayan, kedua Made, ketiga Nyoman dan anak keempat bernama Ketut. Nama-nama ini diberikan tanpa memandang apakah anak itu laki-laki atau perempuan. Gender diekspresikan dengan awalan “I” untuk “Mr.” dan “Ni” untuk “Nyonya.” Dan jika sebuah keluarga memiliki lebih dari empat anak, nama itu berulang dengan tambahan “Balik”, yang berarti “yang lain.” Jadi anak kelima diberi nama Wayan Balik, yang berarti “Wayan lain.” Namun, ada pengecualian untuk aturan tersebut. Anggota kasta tertentu atau keluarga terkemuka mungkin memiliki nama berbeda yang menunjukkan status sosial mereka yang tinggi. Orang dengan pekerjaan tertentu, seperti pandai besi, menerima nama yang berbeda. Dan banyak orang Bali yang mengadopsi nama panggilan selain dari nama lahir mereka. Julukan ini dapat menggambarkan atribut fisik orang tersebut, atau mungkin nama Sansekerta yang memiliki makna religius. Sistem penamaan tradisional ini praktis dan bertujuan untuk orang Bali. Saat pertama kali diperkenalkan kepada seseorang, orang Bali mampu memahami latar belakang individu, serta posisinya dalam masyarakat.
Lebih lanjut tentang Bali:
Bali adalah pulau di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar empat juta.
Awalnya dijajah oleh Belanda dan diduduki oleh Jepang selama Perang Dunia II, Bali mencapai kemerdekaan pada tahun 1949.
Bali adalah rumah bagi kopi termahal di dunia, yang terbuat dari biji kopi yang telah dicerna sebagian oleh luwak.