Boikot Bus Montgomery adalah insiden terkenal dalam Gerakan Hak Sipil Amerika yang oleh banyak orang dipuji karena membuka jalan bagi pengesahan Undang-Undang Hak Sipil dan undang-undang lain yang dirancang untuk mencegah diskriminasi terhadap orang berdasarkan warna kulit mereka. Ini juga telah menjadi lambang Gerakan Hak Sipil bagi banyak orang, yang menggambarkan kekuatan protes terorganisir, dan telah mengilhami banyak protes yang beragam, mulai dari duduk di konter makan siang hingga pawai anti-perang.
Akar Boikot Bus Montgomery terletak pada seorang pria bernama ED Nixon, seorang aktivis yang ingin melawan bus yang dipisahkan secara tradisional di Montgomery, Alabama, sebagai bagian dari Gerakan Hak Sipil yang lebih besar dan masih baru lahir. Nixon memimpin sejumlah lokakarya yang diikuti oleh para aktivis Afrika-Amerika, dan awalnya dia pikir dia memiliki titik awal untuk protes ketika seorang remaja bernama Claudette Colvin ditangkap karena gagal menyerahkan kursinya kepada seorang pria kulit putih. Namun, Colvin hamil, dan Nixon merasa bahwa dia tidak akan menjadi titik temu yang baik.
Pada akhir tahun 1955, seorang penjahit bernama Rosa Parks naik bus dan duduk di baris kelima, baris pertama yang boleh diduduki oleh orang kulit hitam, bersama dengan beberapa orang lainnya. Bus perlahan mulai terisi, dan akhirnya seorang pria kulit putih naik bus dan tidak dapat menemukan tempat untuk duduk di depan. Yang lain di baris kelima bangkit untuk mengizinkan pria itu duduk, tetapi Rosa Parks menolak untuk mengalah, dan akibatnya dia ditangkap. Nixon telah menemukan titik temunya, dan dia dengan cepat membuat komunitas kulit hitam setempat bertindak.
Pada tanggal 1 Desember 1955, komunitas kulit hitam memilih untuk memboikot sistem bus sampai sistem tersebut didesegregasi. Boikot Bus Montgomery, demikian sebutannya, berlangsung hingga 20 Desember 1956, ketika Mahkamah Agung akhirnya memutuskan bahwa pemisahan bus tidak konstitusional, dan memerlukan integrasi sistem bus Montgomery. Keberhasilan Boikot Bus Montgomery menginspirasi komunitas lain untuk mengambil tindakan, dan itu adalah pembentukan aktivis terkemuka seperti Martin Luther King.
Bagi komunitas kulit hitam, Boikot Bus Montgomery jauh dari mudah. Banyak orang tidak memiliki mobil, mengandalkan sistem taksi yang ramah dari teman, tetangga, dan kendaraan milik gereja untuk mempertahankan boikot. Banyak orang ditangkap dan didakwa berdasarkan undang-undang yang membuat boikot seperti itu ilegal, dan butuh beberapa tantangan hukum untuk mencapai kemenangan Mahkamah Agung. Keberhasilan Boikot Bus Montgomery menggambarkan kekuatan yang dapat dimiliki sekelompok orang ketika mereka menetapkan pikiran mereka untuk sesuatu, apakah itu akhir segregasi atau pembentukan koloni di Mars.