Wisata konservasi, juga dikenal sebagai ekowisata, ditandai dengan praktik perjalanan yang meminimalkan limbah lingkungan, mendorong konservasi dan mendidik wisatawan tentang kebutuhan lingkungan. Proses konservasi biasanya dimulai dengan pendekatan yang cermat untuk merencanakan dan mengemas perjalanan. Di tempat tujuan wisata, konservasi dapat berupa daur ulang dan penghematan energi dan air. Beberapa wisata ekowisata menyampaikan informasi mendalam tentang satwa yang terancam punah, seperti kelelawar dan gajah. Dalam beberapa kasus, dana yang dihasilkan melalui kegiatan ekowisata digunakan untuk melestarikan lingkungan dan ekonomi lokal.
Persiapan dan pengemasan yang cermat untuk perjalanan merupakan langkah awal yang penting dalam wisata konservasi. Tinggal lebih lama di suatu tempat tujuan membantu menghemat bahan bakar, berbeda dengan melakukan banyak perjalanan dengan durasi yang lebih singkat. Memilih hotel yang mendaur ulang koran, kaleng aluminium, dan botol plastik adalah pertimbangan lain untuk meminimalkan limbah. Mengemas dengan hati-hati dan meninggalkan barang-barang yang tidak perlu membantu wisatawan untuk bepergian dengan ringan dan menghemat bahan bakar. Sebelum meninggalkan rumah, mencabut semua perangkat elektronik yang tidak digunakan juga menghemat energi.
Sementara wisatawan yang berpartisipasi sedang melakukan tur dan tinggal di destinasi baru, wisata konservasi biasanya melibatkan pembatasan sampah. Meminta hotel untuk tidak mencuci handuk dan seprai setiap hari adalah cara untuk menghemat air dan energi. Membeli bahan makanan yang ditanam secara lokal membatasi polusi dan penggunaan energi yang terkait dengan pengangkutan makanan dari lokasi yang jauh. Berjalan kaki dan bersepeda ke tempat-tempat wisata atau menggunakan transportasi umum membantu mengurangi penggunaan bahan bakar. Membatasi penggunaan piring dan peralatan plastik dengan mencuci dan menggunakannya kembali akan menghemat air dan mengurangi limbah TPA.
Wisata konservasi terkadang melibatkan wisata satwa liar yang terorganisir. Hewan yang bermanfaat dan penting bagi pelestarian ekosistem biasanya menjadi fokus kegiatan terorganisir tersebut. Kelelawar, misalnya, yang sering dianggap berbahaya atau menakutkan, menjadi fokus beberapa wisata satwa liar yang berupaya mengedukasi masyarakat. Wisata konservasi gajah adalah contoh lain dari upaya meningkatkan keterpaparan terhadap spesies yang terancam punah. Melalui pembelajaran tentang penyakit, perilaku, dan habitat mereka, wisatawan memperoleh pemahaman dan apresiasi yang lebih dalam terhadap hewan-hewan ini.
Manfaat ekonomi dan sosial juga merupakan bagian integral dari pariwisata konservasi. Dengan menarik kelompok besar orang ke daerah yang jarang dikunjungi, penduduk lokal sering mendapat manfaat dari ekonomi yang lebih berkelanjutan. Pekerjaan tambahan sering dibuat di lokasi di mana pemandu wisata, instruktur, pengemudi bus, dan personel lain diperlukan untuk membantu wisatawan. Dana dari kegiatan ekowisata, dalam beberapa kasus, digunakan untuk melestarikan spesies yang terancam punah dan melindungi flora dan fauna di lokasi tersebut.