Apa itu Mesin Cetak?

Mesin cetak adalah alat yang menggunakan tekanan untuk mentransfer gambar dari semacam permukaan tinta yang disiapkan ke permukaan penerima, seperti kertas atau kain. Itu adalah salah satu penemuan besar zaman modern, memungkinkan buku diproduksi secara massal, membantu mendorong penyebaran informasi. Meskipun pendahulunya ada untuk beberapa waktu, mesin cetak sejati pertama diciptakan oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1439.

Penemuan mesin cetak sebagian besar didorong oleh meningkatnya permintaan buku di Eropa, terutama di kalangan kelas menengah. Karena tidak mampu membeli buku-buku yang sangat mahal yang ditulis tangan di atas perkamen, yang harganya bisa setara dengan rumah atau pertanian, siswa yang dididik dalam membaca dan ingin membaca sendiri tidak mampu. Meskipun mesin pres sekrup ada pada saat itu, dan digunakan secara luas di Cina, mesin cetak sebenarnya adalah penemuan baru yang membantu menurunkan biaya dan membuat buku tersedia bagi mereka yang memiliki sedikit uang.

Gutenberg menambahkan sejumlah kontribusi penting di bidang pengepresan dan pengecoran, bukan hanya menggabungkan teknologi yang ada. Mungkin yang paling mengesankan di antara ini adalah metode pengecoran jenis dari paduan timbal, antimon, dan timah, yang jenisnya dapat dengan cepat dicetak dari template, mengurangi biaya dan memungkinkan jenis menjadi lebih seragam. Dia juga datang dengan tinta berbasis minyak khusus, menggantikan tinta berbasis air yang digunakan dalam cetakan balok kayu, yang bertahan lebih lama. Gutenberg mencetak banyak buku di mesin cetaknya, yang paling terkenal adalah Gutenberg Bible-nya, yang 48 eksemplarnya masih ada.

Pada 1800-an, mesin cetak berkembang lagi, dengan mesin cetak besi tuang besar menggantikan mesin cetak sebelumnya, memungkinkan permukaan yang lebih besar untuk ditutup sementara membutuhkan lebih sedikit tenaga. Mesin uap kemudian dimanfaatkan untuk menghilangkan kebutuhan akan operator manusia, yang mampu mencetak lebih dari 1,100 halaman per jam. Mesin cetak uap memulai era surat kabar massal, yang pada gilirannya memungkinkan massa menjadi lebih melek huruf, dan tetap mengikuti perkembangan peristiwa kontemporer. Pers bergulir mengikuti, yang bisa mencetak jutaan halaman sehari, memungkinkan surat kabar menjadi benar-benar masif dalam distribusinya.

Pada tahun 1930-an, mesin cetak telah mencapai efisiensi yang mengesankan, memungkinkan produksi berbiaya rendah dan bervolume tinggi, yang membuat pencetakan buku jauh lebih terjangkau, dan oleh karena itu memungkinkan lebih banyak buku dalam rentang subjek yang lebih beragam untuk dicetak. Kemajuan lebih lanjut selama abad ke-20 membuat buku lebih mudah dibaca, dan lebih terjangkau untuk dicetak. Mesin cetak offset, misalnya, mentransfer cetakan asli ke bantalan karet lembut, yang kemudian dicetak di atas kertas, menciptakan teks yang jauh lebih mudah dibaca. Pencetakan offset tetap menjadi jenis pencetakan utama yang digunakan untuk penerbitan buku modern, dan meskipun teknik digital mulai mendekati pencetakan offset dalam hal biaya, kemampuan mereka untuk membuat banyak halaman belum sebanding. Beberapa buku artisan masih terus dicetak dengan mesin cetak tradisional.