Dalam meteorologi, istilah saturasi mengacu pada suatu kondisi di mana udara menahan jumlah maksimum kelembaban yang mungkin dalam bentuk uap air. Ini sesuai dengan tingkat kelembaban relatif 100%. Jumlah uap air dalam massa udara pada saturasi dapat bervariasi sesuai dengan sejumlah faktor, terutama suhu dan tekanan, karena udara hangat dapat menahan lebih banyak uap air daripada udara yang lebih dingin. Embun dan bentuk presipitasi lainnya adalah hasil dari udara jenuh.
Kondisi atau keadaan kejenuhan memiliki variabel yang menentukan jumlah uap air yang ada di badan udara tertentu. Kemampuan udara untuk menahan uap air bervariasi, terutama dengan suhu, tetapi juga dipengaruhi oleh tekanan atmosfer. Sementara peningkatan suhu meningkatkan jumlah kelembaban yang dapat ditampung udara, peningkatan tekanan menurunkan jumlah ini.
Saturasi, oleh karena itu, mengacu pada keadaan di mana setiap badan udara telah mencapai kapasitas maksimumnya untuk menahan kelembaban terlarut sebagai uap air. Titik jenuh juga dikenal dengan istilah yang lebih akrab, titik embun, yang mengacu pada suhu di mana udara menjadi jenuh. Ketika udara dalam kondisi jenuh dan suhu turun atau tekanan atmosfer naik, udara tidak akan mampu menahan uap air terlarut dalam suspensi dan sebagian akan dipaksa keluar sebagai air cair. Proses ini akrab bagi hampir semua orang sebagai pembentukan embun. Saat molekul air dipaksa keluar dari suspensi, mereka menempel pada permukaan dan gaya tarik molekul menyebabkan mereka berkumpul bersama, membentuk tetesan air yang kita kenal sebagai embun.
Kelembaban relatif adalah istilah yang sering digunakan oleh ahli meteorologi ketika membahas kondisi cuaca, dan secara langsung berhubungan dengan saturasi. Kelembaban relatif 100% dianggap sebagai keadaan jenuh, dan udara dengan kelembaban relatif 100% dikatakan jenuh. Ahli meteorologi sering memasukkan kelembaban relatif saat ini dan titik embun untuk menyampaikan betapa lembabnya udara.
Curah hujan dalam bentuk hujan, salju, hujan es juga merupakan produk dari kejenuhan. Saat badan udara hangat yang mengandung uap air naik, ia mendingin, dan kemampuannya untuk menahan kelembapan berkurang. Ketika suhu turun, udara menjadi lebih jenuh karena korelasi antara suhu dan kapasitas menahan kelembaban. Akhirnya, udara mendingin ke titik di mana ia menjadi jenuh, dan air diendapkan dari udara, menjadi hujan, salju, atau bentuk lain tergantung pada suhu.