Metode arkeologi adalah teknik yang digunakan oleh para arkeolog untuk mempelajari peradaban manusia di masa lalu. Pada abad ke-21, metode arkeologi yang berbeda termasuk analisis teknologi tinggi situs arkeologi dengan peralatan magnetik, sensor listrik, dan bahkan fotografi satelit. Metode khusus seperti arkeologi bawah air, arkeologi perkotaan dan arkeologi penyelamatan digunakan untuk situs-situs di lokasi yang tidak biasa. Metode arkeologi yang paling umum, bagaimanapun, melibatkan pemindahan relik, sisa-sisa dan bukti lain secara perlahan dari situs yang telah terkubur selama ratusan atau ribuan tahun. Teknik ini, yang disebut ekskavasi, sering dilakukan dengan tangan dan melibatkan protokol ilmiah yang ketat.
Banyak peradaban manusia telah ada sebelum permulaan sejarah yang tercatat, dan bahkan beberapa masyarakat yang lebih baru meninggalkan sedikit catatan tentang kepercayaan, sejarah, atau gaya hidup mereka. Semua peradaban, bagaimanapun, meninggalkan bukti fisik, termasuk struktur dan fondasi, limbah dari kota atau area pertanian, dan barang-barang pemakaman atau artefak lainnya. Metode arkeologi telah disempurnakan selama beberapa dekade untuk mengungkap sebanyak mungkin data tentang masyarakat yang meninggalkan bukti ini. Di masa lalu, arkeologi terkadang dilakukan tanpa persetujuan penduduk lokal, seringkali atas perintah negara-negara kekaisaran yang menduduki. Di zaman modern, para arkeolog berusaha untuk menghormati hukum pemerintah tuan rumah mereka dan hubungan apa pun yang mungkin dimiliki budaya ini dengan masyarakat kuno, sebuah metode yang disebut manajemen sumber daya budaya.
Metode arkeologi yang digunakan dalam contoh tertentu sering bergantung pada lokasi situs. Untuk situs yang terletak di dalam kota modern, misalnya, arkeologi perkotaan digunakan; metode ini melibatkan sesedikit mungkin mengganggu bisnis dan rumah di sekitarnya, dan upaya koordinasi dengan pemerintah kota untuk melindungi situs selama survei dan penggalian. Jika sebuah situs dalam bahaya kehancuran oleh pembangunan, para arkeolog akan menggunakan metode yang lebih cepat yang disebut arkeologi penyelamatan. Arkeologi bawah air mengharuskan para ilmuwan untuk terbiasa dengan peralatan selam dan selam, serta efek air pada tanah dan artefak. Mengambil bukti dari situs terkubur, mungkin metode arkeologi yang paling terkenal, disebut geoarkeologi.
Arkeolog akan sering memeriksa situs yang mungkin melalui fotografi udara atau satelit, yang dapat mengungkapkan pola atau struktur yang tidak terlihat dari permukaan tanah. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin melibatkan radar penembus tanah, sensor listrik, dan perangkat magnetik seperti detektor logam. Metode untuk menggali situs yang terkubur disebut ekskavasi; sayangnya, ini memiliki efek menghancurkan situs. Karena begitu banyak informasi penting yang melibatkan lokasi fisik artefak, para arkeolog hanya akan memulai penggalian setelah metode pengumpulan informasi lainnya telah habis. Misalnya, tes DNA dari populasi lokal yang ada dapat memberikan informasi tentang apakah suatu masyarakat kuno mati, bermigrasi atau tetap di tempatnya.
Penggalian memiliki seperangkat metode arkeologi yang terdefinisi dengan baik. Para arkeolog pertama-tama akan membuat kisi-kisi dan peta terperinci yang disebut denah situs, sehingga lokasi setiap artefak dapat didokumentasikan dengan tepat. Kedalaman suatu benda di dalam berbagai lapisan tanah dapat mengungkapkan umurnya, suatu proses yang disebut stratifikasi. Item juga dapat diidentifikasi dengan keberadaan objek serupa, metode yang disebut tipologi, atau dengan analisis kimia umurnya yang disebut penanggalan radiokarbon. Arkeolog menyimpan catatan tertulis yang sangat rinci, atau catatan, dari setiap penggalian; catatan ini dapat digunakan oleh arkeolog masa depan untuk mempelajari detail lebih lanjut tentang situs tersebut.