Apa itu Korelasi Ilusi?

Korelasi ilusi adalah fenomena psikologis di mana orang berpikir ada hubungan antara dua elemen padahal sebenarnya tidak ada hubungan, atau sangat kecil. Ini memainkan peran kunci dalam pembentukan stereotip, yang mengarah ke sejumlah sikap sosial yang diyakini secara luas. Ini juga dapat menimbulkan masalah dengan kegiatan seperti penelitian ilmiah, di mana orang mungkin salah mengidentifikasi korelasi dan mengejarnya tanpa menyadari bahwa mereka sedang mengejar hantu. Banyak dari ini terjadi pada tingkat bawah sadar, sehingga sulit untuk dicegah.

Dalam contoh sederhana dari korelasi ilusi, seseorang dapat memutuskan bahwa siswa Asia lebih baik dalam belajar atas dasar mengetahui beberapa siswa Asia yang tampaknya berprestasi baik di sekolah. Orang ini mungkin mengabaikan bukti dari siswa dari ras lain yang juga pandai belajar sementara juga tidak memperhatikan siswa Asia yang tidak berprestasi di sekolah. Begitu korelasi ilusi mulai terbentuk, orang cenderung mencari bukti untuk mengonfirmasinya, daripada mencoba menyangkalnya dengan mencari bukti sebaliknya. Ini mengarah pada penguatan korelasi ilusi dari waktu ke waktu.

Pembentukan korelasi ilusi biasanya dimulai dengan peristiwa yang mudah diingat yang mudah diakses oleh otak seseorang. Misalnya, seorang siswa mungkin tidak sengaja mengenakan celana dalamnya ke belakang pada suatu hari dan kemudian mengerjakan ujian dengan baik. Peristiwa ini melekat di benaknya dan dia memutuskan bahwa mengenakan celana dalamnya ke belakang adalah keberuntungan, meskipun dia melakukan tes dengan baik sebelumnya. Ingatan yang tersedia cenderung naik ke puncak ingatan seseorang, dan mereka akan menjadi bukti untuk mendukung korelasi ilusi meskipun mungkin ada banyak bukti yang bertentangan dengan hubungan yang tampak.

Korelasi ilusi dapat menyebar melalui masyarakat. Ketika orang-orang mendengar stereotip dan legenda urban, mereka menyerapnya dan mencari konfirmasi informasi di sekitar mereka. Banyak orang percaya, misalnya, bahwa makan gula membuat anak hiperaktif, meskipun penelitian tidak mendukung hal ini. Ketika seseorang yang percaya ini melihat seorang anak menjadi aktif setelah mengkonsumsi permen, itu menegaskan korelasi ilusi. Insiden di mana anak-anak makan permen dan berperilaku normal sesudahnya tidak begitu mudah diingat orang tersebut.

Menyadari keberadaan korelasi ilusi adalah penting. Orang yang percaya dua hal terkait dapat mencoba mencari bukti untuk menyangkal klaim untuk melihat apakah korelasinya nyata. Studi ilmiah terkadang memberikan informasi yang berguna, dan orang-orang mungkin juga merasa terbantu untuk melakukan hal-hal seperti menyimpan catatan. Catatan terperinci akan membantu orang mengidentifikasi apakah ada korelasi, dan seberapa kuat korelasinya. Penting juga untuk menyadari bahwa korelasi bukanlah sebab-akibat, dan hubungan antara dua hal mungkin tidak bersifat kausal.