Seberapa Efektifkah Epinefrin untuk Asma?

Asma adalah gangguan pernapasan yang ditandai dengan peradangan pada sistem pernapasan, dan banyak jenis obat digunakan untuk mengobatinya. Epinefrin farmasi, versi sintetis dari senyawa yang terjadi secara alami, adalah obat yang telah digunakan selama beberapa dekade sebagai obat untuk kondisi ini. Mengambil epinefrin untuk asma tetap menjadi salah satu cara paling efektif untuk mengendalikan serangan mendadak yang menyebabkan masalah pernapasan. Potensi obat ini, serta potensi efek samping, berarti tidak digunakan sesering jenis terapi asma lainnya.

Individu biasanya tidak menggunakan obat ini sebagai obat pemeliharaan harian, tetapi mungkin menggunakan epinefrin untuk serangan asma. Ini diberikan dengan injeksi subkutan, atau suntikan tepat di bawah kulit. Injeksi memungkinkan obat untuk bekerja dengan cepat, membuatnya berguna dalam situasi di mana serangan asma menyebabkan masalah pernapasan yang parah. Obat yang diuapkan adalah alternatif untuk serangan asma, dan dalam kasus yang ekstrim, individu yang mengalami serangan mungkin tidak dapat menggunakan masker untuk menghirup obat. Oleh karena itu, epinefrin tetap menjadi pengobatan yang berguna untuk asma karena dapat diberikan kepada seseorang terlepas dari kondisinya, atau seberapa baik mereka mengelola kondisinya.

Menggunakan epinefrin yang disuntikkan untuk serangan asma menghasilkan beberapa efek menguntungkan. Bronkospasme, atau penyempitan saluran udara di paru-paru, berkurang, dan laju pernapasan meningkat. Tekanan darah dan detak jantung akan menurun seiring dengan menurunnya kecemasan pasien dan organ-organ mereka mulai menerima oksigen kembali. Sebuah studi tahun 1980, yang diterbitkan dalam American Journal of Hospital Pharmacy, menemukan bahwa dosis serendah 0.5 miligram (mg) epinefrin dapat menghasilkan efek positif ini.

Seperti obat apa pun, mengonsumsi epinefrin untuk asma terkadang dapat menyebabkan efek samping. Mual, gemetar, dan kedinginan semua dapat terjadi akibat penggunaan obat ini, tetapi efek ini biasanya ringan. Ada potensi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, yang berarti bahwa beberapa dokter tidak menganjurkan pasien hipertensi menggunakan epinefrin. Penelitian yang dilakukan di Northwestern University Medical School menemukan bahwa bahkan pasien yang lebih tua dengan kondisi jantung tidak mengalami peningkatan tekanan darah yang signifikan saat mengonsumsi obat tersebut.

Efek samping dan risiko tekanan darah tinggi berarti penggunaan epinefrin agak terbatas. Penggunaan berulang obat ini juga dapat membangun toleransi, yang merupakan alasan lain obat ini tidak digunakan secara luas seperti obat baru seperti penghambat adrenergik atau steroid. Untuk situasi darurat, bagaimanapun, epinefrin tetap merupakan pengobatan asma yang sangat diperlukan yang efektif pada kebanyakan individu.