Penggunaan rituximab untuk idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) relatif efektif, tetapi bukan pengobatan lini pertama. Sebagian besar pasien dengan ITP merespon positif terhadap splenektomi dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut setelah operasi. Rituximab untuk ITP hanya dipertimbangkan setelah splenektomi tidak menghasilkan efek positif. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 30 hingga 40 persen pasien yang diobati dengan obat tersebut tidak memerlukan perawatan lebih lanjut. Obat ini cukup aman, dengan hanya sekitar 27.5 persen pasien yang mengalami reaksi merugikan terhadap pengobatan.
Studi yang dilakukan terhadap efek rituximab untuk ITP menunjukkan bahwa antara 30 dan 40 persen pasien tidak memerlukan perawatan lebih lanjut untuk kondisi tersebut. Sekitar 60 persen pasien memiliki reaksi positif awal, tetapi beberapa kondisi memerlukan perhatian lebih lanjut. Hasil ini berarti rituximab untuk ITP adalah pengobatan yang mungkin untuk ITP, tetapi tidak berarti pengobatan yang paling ideal. Dokter dapat memilih untuk menggunakan obat, tetapi hanya setelah pasien gagal menanggapi metode pengobatan lain.
Penelitian tentang efek rituximab untuk ITP telah mengungkapkan bahwa obat ini lebih efektif pada pasien yang lebih muda dan mereka yang telah menerima lebih sedikit perawatan sebelumnya. Ini berarti bahwa obat tersebut mungkin lebih efektif jika digunakan sebagai pengobatan lini pertama. Studi yang dilakukan terhadap efeknya belum menunjukkan tingkat respons positif yang sama dengan splenektomi, sehingga tidak mungkin digunakan sebagai pengobatan lini pertama. Namun, dokter mungkin lebih sering memutuskan untuk menggunakan obat dalam merawat pasien yang lebih muda.
Keamanan menggunakan rituximab untuk ITP telah diselidiki dalam uji klinis. Penelitian telah menunjukkan bahwa sekitar 21 persen pasien yang diberi obat akan mengalami reaksi merugikan ringan. Sebagian besar reaksi ini terjadi ketika obat pertama kali diinfuskan. Kurang dari 4 persen pasien mengalami reaksi parah saat menggunakan rituximab. Kematian terjadi pada 2.5 persen pasien yang memakai obat, menurut penelitian.
Splenektomi adalah pengobatan yang jauh lebih efektif daripada rituximab untuk ITP. Prosedur ini telah menunjukkan efektivitas yang konsisten pada sekitar dua pertiga pasien. Kebanyakan dokter menggunakan splenektomi sebagai pengobatan lini pertama untuk ITP karena kebanyakan pasien tidak memerlukan perawatan lebih lanjut setelah prosedur. Ini juga telah digunakan lebih lama daripada rituximab, jadi bukti keefektifannya lebih dapat diandalkan. Splenektomi adalah pengangkatan limpa secara penuh atau sebagian.