Apa itu Induksi Urutan Cepat?

Induksi urutan cepat, juga dikenal sebagai RSI, adalah prosedur medis lanjutan untuk intubasi endotrakeal. Meskipun tujuan induksi urutan cepat tidak berbeda dengan intubasi normal, dokter melakukan RSI secara eksklusif pada pasien yang mungkin mengeluarkan isi perutnya selama proses intubasi. Untuk mengurangi risiko ini, RSI berfokus untuk melumpuhkan pasien sementara selama prosedur. Karena obat anestesi adalah bagian dari prosedur, dokter yang memberikan RSI harus memiliki pelatihan ekstensif dalam prosedur atau memiliki ahli anestesi yang memberikan obat. Paramedis atau perawat dapat melakukan RSI selama kondisi darurat.

Intubasi diperlukan dalam berbagai situasi medis, mulai dari pemulihan pascaoperasi hingga membantu pernapasan pasien selama tahap akhir penyakit terminal. Induksi urutan cepat memiliki tujuan keseluruhan yang sama, tetapi diperlukan dalam situasi darurat ketika pasien mungkin muntah selama intubasi. Misalnya, jika pasien mengalami stroke setelah makan, muntah selama intubasi menimbulkan risiko tersedak, asidosis, dan hipoksia yang signifikan. Karena faktor risiko ini dapat menjadi fatal, RSI adalah metode yang disukai dalam situasi ini.

Induksi urutan cepat adalah proses multi-langkah yang harus dapat diselesaikan oleh dokter atau profesional medis lainnya dalam waktu kurang dari dua menit. Setelah memastikan bahwa semua bahan yang diperlukan telah tersedia, seorang dokter memberikan oksigen murni untuk meningkatkan kadar oksigen darah. Pasien kemudian menerima premedikasi yang sesuai sebelum anestesi. Dokter kemudian memasukkan selang di antara pita suara. Dua langkah terakhir melibatkan pemeriksaan bahwa udara mencapai paru-paru dan mengamankan tabung ke ventilator portabel atau rumah sakit.

Induksi urutan cepat membutuhkan tingkat keterampilan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan intubasi normal. Meskipun seorang dokter dapat melakukan seluruh prosedur, metode teraman melibatkan dua tenaga medis. Satu orang mengintubasi pasien sementara yang lain memberikan anestesi. Perlindungan ini menurunkan kemungkinan pasien menerima terlalu sedikit atau terlalu banyak anestesi. Salah satu kesalahan bisa berakibat fatal.

Seorang dokter atau ahli anestesi tidak selalu tersedia untuk melakukan induksi urutan cepat. Misalnya, paramedis yang membawa pasien ke rumah sakit terkadang tidak punya pilihan selain melakukan RSI untuk menyelamatkan nyawa pasien. Meskipun RSI membawa lebih banyak risiko bagi pasien dalam situasi ini, menunda pengobatan dapat menyebabkan kematian pasien. Potensi manfaat lebih besar daripada potensi risiko.