Apa Hubungan antara Clomid® dan FSH?

Clomid®, atau clomiphene, dan follicle-stimulating hormone (FSH) memiliki hubungan tidak langsung yang secara positif dapat mempengaruhi kesuburan pada beberapa wanita, menjadikan obat ini sebagai pilihan umum untuk perawatan kesuburan. Umumnya, Clomid® dan FSH terkait karena obat tersebut dapat mempengaruhi produksi bahan kimia tubuh yang meningkatkan kadar hormon perangsang folikel. Jumlah FSH yang lebih tinggi kemudian membantu dalam pematangan dan pelepasan sel telur, yang meningkatkan kemungkinan kehamilan. Clomiphene tidak selalu berhasil, bagaimanapun, dan pengobatan kesuburan dengan obat lain, seperti pengganti FSH langsung, mungkin diperlukan. Obat tersebut juga memiliki efek samping dan risiko yang perlu diperhatikan.

Para ilmuwan tidak mengetahui secara pasti bagaimana clomiphene bekerja, tetapi mereka mengembangkan teori dasar tentang hubungan antara Clomid® dan FSH. Dipercaya bahwa clomiphene mengikat reseptor tertentu yang memberi sinyal pada kelenjar hipotalamus. Sinyal ini menyebabkan permintaan untuk produksi gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang merangsang kelenjar pituitari untuk melepaskan FSH. Peningkatan pasokan FSH menghasilkan pematangan dan pelepasan telur. Selain itu, dapat mempengaruhi produksi hormon luteinizing, yang membantu mempersiapkan rahim untuk mempertahankan kehamilan.

Jika penjelasan tentang hubungan antara Clomid® dan FSH ini akurat, menjadi mudah untuk memahami mengapa penggunaan obat kesuburan tidak selalu menghasilkan kehamilan. Dalam situasi di mana indung telur berhenti memproduksi telur, FSH tidak memiliki fungsi yang sesuai karena tidak ada telur untuk dilepaskan. Bergantian, clomiphene mungkin tidak menginspirasi respon yang cukup dari kelenjar hipotalamus dan suplementasi yang lebih langsung dengan GnRH atau FSH diperlukan. Masalah lain yang mungkin terjadi adalah karena produksi hormon luteinizing yang buruk, yang dapat langsung diberikan dengan obat-obatan tertentu.

Meskipun demikian, pada wanita yang masih berovulasi, Clomid® dapat menjadi pilihan pertama sebagai obat kesuburan. Ini biasanya diberikan tidak lebih dari enam siklus, dan dapat digunakan bersama dengan inseminasi buatan untuk meningkatkan kemungkinan kehamilan. Umumnya, jika obat itu efektif, biasanya akan bekerja dalam empat siklus pertama.

Clomid® juga memiliki risiko, dan yang paling utama di antaranya adalah dapat menyebabkan cacat lahir. Itu perlu dihentikan segera setelah kehamilan terjadi untuk menurunkan kemungkinan ini. Banyak wanita mencatat efek samping obat ketika mereka menggunakan obat ini juga, seperti pembilasan, penambahan berat badan, dan lekas marah. Di sisi lain, karena Clomid® dan FSH memiliki hubungan, penggunaan obat ini merupakan pilihan yang sering dipertimbangkan untuk perawatan kesuburan.