Apa Perbedaan Antara Operasi Sistokel dan Rektokel?

Sistokel terjadi ketika penghalang antara vagina dan kandung kemih, yang dikenal sebagai dinding vagina, robek atau sangat lemah saat melahirkan. Hal ini menyebabkan kandung kemih menonjol ke dalam vagina. Demikian pula, rektokel terjadi ketika rektum menonjol ke dalam vagina karena robekan atau melemahnya penghalang antara rektum dan vagina, yang juga merupakan bagian dari dinding vagina. Pembedahan sistokel dan rektokel umumnya dilakukan dengan cara yang sama, dengan perbedaan utama di antaranya adalah bahwa operasi sistokel bertujuan untuk mencegah agar kandung kemih tidak menonjol ke dalam vagina sedangkan operasi rektokel bertujuan untuk mencegah agar rektum tidak menonjol ke dalam vagina. Ini berarti bahwa mereka dilakukan pada bagian yang berbeda dari dinding vagina.

Jenis utama dari operasi sistokel dan rektokel dikenal sebagai colporrhaphy. Ada dua jenis operasi kolporafi, anterior dan posterior. Operasi kolporafi anterior bertujuan untuk memperkuat bagian depan dinding vagina yang memisahkan vagina dari kandung kemih dan operasi kolporafi posterior bertujuan untuk memperkuat bagian belakang dinding vagina, yang memisahkan vagina dari rektum. Penguatan dinding vagina mencegah sistokel dan rektokel dengan mencegah penonjolan kandung kemih dan rektum ke dalam vagina masing-masing.

Dua metode umum digunakan untuk memperkuat dinding vagina selama kolporafi. Dalam beberapa kasus, dokter menemukan robekan atau titik lemah dinding vagina. Kemudian, mereka melipat kulit vagina di atas cacat dan menjahitnya kembali ke dirinya sendiri. Ahli bedah juga dapat menempelkan sepotong jaring yang kuat ke dinding vagina daripada melipatnya kembali. Kedua metode berfungsi untuk memperkuat dinding vagina dan menstabilkan kandung kemih atau rektum, yang mencegahnya terus menonjol.

Kolporafi memiliki beberapa komplikasi. Pertama, ada risiko merusak organ lain di daerah panggul seperti rahim. Juga, selalu ada kemungkinan bahwa tonjolan tidak diperbaiki dan akan berulang. Akhirnya, seperti halnya semua jenis operasi, selalu ada risiko infeksi, komplikasi anestesi, dan pendarahan.

Secara umum, operasi sistokel dan rektokel cukup berhasil. Pasien biasanya dirawat di rumah sakit selama dua hingga tiga hari, dengan kateter tetap di tempatnya selama dua hingga enam hari. Kateter biasanya tetap terpasang lebih lama pada pasien yang menjalani operasi sistokel. Setelah kembali ke rumah, pasien diminta untuk beristirahat selama beberapa hari pertama dan disarankan untuk tidak mengangkat barang lebih dari 10 pon atau melakukan hubungan seksual.