Apa itu Nimesulide?

Nimesulide adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dirancang untuk menghambat enzim COX-2. Ini umumnya digunakan sebagai analgesik dan antipiretik, yang berarti masing-masing mengobati nyeri akut dan kecemasan. Selain sifat terapeutiknya, ia terkenal karena efek sampingnya, termasuk kerusakan hati. Perusahaan farmasi yang berbasis di Swiss, Helsinn, bertanggung jawab atas pembuatan asli nimesulide pada tahun 1976, meskipun perlindungan paten telah dihentikan. Saat ini, obat nimesulide menggunakan lebih dari 50 nama merek di seluruh dunia, termasuk Lomotil, Renova, Nicip, Lamisil, Nimesil, Nimulid, dan Sulide.

Nimesulide diklasifikasikan sebagai NSAID, bersama dengan obat lain seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen, karena efek analgesik dan antipiretiknya. Ia bekerja dengan menonaktifkan COX-2, enzim yang disalahkan sebagai penyebab peradangan dan rasa sakit. Inilah sebabnya mengapa obat ini juga dikenal sebagai inhibitor selektif COX-2.

Dosis yang dianjurkan, terutama untuk orang berusia 14 tahun ke atas, adalah tablet 100 miligram dua kali sehari melalui pemberian oral. Pasien dapat mengharapkan hasil positif antara tiga dan 14 hari. Nimesulide terutama digunakan untuk sumber nyeri tertentu, termasuk osteoartritis, yang merupakan penyakit sendi degeneratif; dan dismenore, suatu kondisi medis yang ditandai dengan rasa sakit yang dialami wanita selama periode menstruasi.

Perlu dicatat, bagaimanapun, nimesulide hanya mengobati gejala penyakit yang disebutkan di atas, tetapi bukan penyakit itu sendiri. Juga, nimesulide dikaitkan dengan efek samping seperti kram perut, diare, mulas, ketidaknyamanan dan muntah. Efek samping yang lebih serius termasuk edema, yang melibatkan pembengkakan akibat akumulasi cairan di bagian tubuh tertentu.

Namun, efek samping nimesulide yang paling serius adalah hepatotoksisitas, atau kerusakan hati yang disebabkan oleh toksisitas. Bahan kimia yang menyebabkan kondisi ini disebut sebagai hepatotoksin. Dalam buku tahun 2003 berjudul Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology, penulis mengidentifikasi lebih dari 900 obat yang dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas, termasuk nimesulide. Akibatnya, penggunaan dan pembuatan obat telah dilarang atau dihentikan di beberapa negara, termasuk India, Singapura, Inggris, Denmark dan Finlandia. Itu tidak dijual di Amerika Serikat, di mana Food and Drug Administration (FDA) belum mengevaluasi obat tersebut.

Namun, nimesulide tetap populer di beberapa negara, dan ada perusahaan yang masih memproduksi dan menjual obat tersebut, terkadang secara ilegal tergantung pada yurisdiksi tempat mereka berada. Selain itu, komite Badan Obat Eropa (EMA) memperdebatkan, paling tidak, penggunaan dan distribusi obat yang terkontrol.