Apa itu Hukum Kontrak Konstruksi?

Bagian dari hukum kontrak yang berkaitan dengan kontrak konstruksi dikenal sebagai hukum kontrak konstruksi. Dalam kontrak tersebut, satu pihak setuju untuk melakukan pekerjaan, dan pihak lain setuju untuk membayar. Ini adalah perjanjian hukum yang dapat mengakibatkan perselisihan, dan hakim atau panel arbitrase akan sering merujuk pada hukum kontrak konstruksi yurisdiksi untuk menentukan hasil hukum. Kontrak pemerintah nasional seringkali tidak diatur oleh undang-undang kontrak konstruksi regional, melainkan oleh undang-undang dan peraturan nasional yang mungkin atau mungkin tidak berkaitan langsung dengan kontrak konstruksi. Ada beberapa jenis kontrak konstruksi yang diatur oleh undang-undang, antara lain kontrak harga satuan, kontrak lump sum, dan kontrak biaya plus biaya tetap.

Kontrak harga satuan adalah perjanjian hukum di mana kontraktor dibayar dengan harga per unit yang diserahkannya. Misalnya, kontraktor setuju untuk menggali tanah dengan jumlah uang yang ditetapkan per yard kubik. Banyak kontraktor memasukkan perkiraan biaya harga satuan dalam penawaran mereka untuk kontrak pemerintah. Kontraktor menyetujui biaya tetap dalam kontrak lump sum dan berkewajiban menurut undang-undang kontrak konstruksi untuk melaksanakannya, bahkan jika pekerjaan itu menghabiskan biaya lebih dari yang diantisipasi, dan bila tidak ada cara hukum untuk melanggar kontrak. Dalam kontrak biaya plus biaya tetap, pihak yang menyewa kontraktor membayar biaya kontraktor, termasuk tenaga kerja dan material, ditambah markup persen.

Ada persyaratan hukum untuk menulis dan menandatangani kontrak konstruksi yang sah, dan persyaratan itu sering kali ditentukan oleh hukum kontrak konstruksi wilayah tersebut. Beberapa persyaratan di banyak yurisdiksi mencakup keterlibatan pihak yang berkemampuan mental yang memahami dan mampu membuat kontrak, subjek kontrak yang pasti yang tidak melanggar undang-undang lokal atau regional, dan penerimaan yang jelas atas proposal yang mengikat kedua belah pihak dan kesepakatan bersama untuk membuat kontrak dengan persetujuan dan tanpa paksaan atau penipuan. Pengadilan sering kali menganggap kontrak konstruksi yang tidak memenuhi semua persyaratan ini tidak sah, sehingga memungkinkan satu pihak untuk tidak melaksanakan ketentuan kontrak. Misalnya, perjanjian hukum di mana kontraktor setuju untuk membangun bangunan komersial yang melanggar undang-undang perijinan setempat dan peraturan lainnya kemungkinan besar tidak akan dianggap sebagai kontrak yang sah menurut undang-undang kontrak konstruksi. Pihak lain yang menandatangani kontrak seringkali dapat pergi tanpa konsekuensi hukum.

Kontrak pemerintah seringkali memberlakukan persyaratan hukum tambahan yang tidak ditemukan dalam hukum kontrak konstruksi regional. Misalnya, kontraktor Amerika Serikat mungkin diminta untuk mempekerjakan sejumlah sub-kontraktor minoritas. Pihak ketiga seringkali dapat menuntut kontraktor yang menandatangani kontrak pemerintah tetapi gagal memenuhi undang-undang dan peraturan pemerintah yang mengatur kinerja kontraktor.