Tata bahasa struktural adalah cara pendekatan studi tata bahasa, terutama sintaksis, dengan menganalisis hubungan antar kata dalam sebuah kalimat. Sejak konsep tersebut pertama kali diperkenalkan pada awal hingga pertengahan 1900-an, konsep tersebut telah memiliki berbagai aplikasi di kelas serta dalam penelitian linguistik. Pada akhir abad ke-20, sebagian besar telah digabungkan dengan atau diserap ke dalam tata bahasa transformasional dalam pendidikan dasar dan menengah, tetapi tetap menjadi alat yang berguna dalam linguistik – studi ilmiah tentang bahasa.
Setiap kali siswa diajarkan untuk mengenali frase, klausa, atau bahkan bagian dari pidato, atau kalimat diagram, mereka belajar tata bahasa struktural. Namun, ini tidak lagi biasanya digunakan di AS sebagai metode utama pengajaran tata bahasa, dan diagram kalimat sangat tidak disukai. Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, sebagian besar ruang kelas di AS menggabungkan pendekatan strukturalis dengan tata bahasa transformasional, di mana siswa diminta untuk memodifikasi struktur kalimat. Misalnya, seorang siswa mungkin diberi kalimat “Mary have a little lamb,” dan diminta untuk mengubahnya menjadi pertanyaan ya atau tidak: “Apakah Mary punya anak domba kecil?” Selain itu, periode waktu ini melihat peningkatan pengajaran aspek struktural tata bahasa dalam kaitannya dengan komposisi, bukan sebagai studi terpisah.
Meskipun penggunaannya menurun dalam pedagogi, tata bahasa struktural telah lama menjadi pendekatan penting dalam disiplin khusus linguistik, meskipun penerapannya telah berubah selama bertahun-tahun. Berbeda dengan metode pengajaran dan penelitian tata bahasa sebelumnya, terutama tata bahasa preskriptif, metode ini berfokus pada pernyataan yang rentan, yang dapat dibuktikan atau tidak dibuktikan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan demikian, penting dalam menetapkan linguistik sebagai disiplin ilmu yang benar-benar ilmiah.
Pada pertengahan abad ke-20, pendekatan tata bahasa ini sering diterapkan pada apa yang dikenal sebagai analisis kontrastif, yaitu perbandingan struktur gramatikal dua bahasa yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menggunakan penelitian ini di bidang pemerolehan bahasa kedua. Para peneliti berhipotesis bahwa penutur satu bahasa akan mengalami kesulitan khusus mempelajari bahasa baru di area di mana struktur kedua bahasa tersebut sangat berbeda. Ini terbukti jauh lebih benar dari yang diharapkan, namun, analisis kontrastif sebagian besar ditinggalkan.
Pada awal abad ke-21, tata bahasa struktural sering diasumsikan dalam penelitian linguistik sebagai bagian dari proyek lain. Setiap bidang penelitian linguistik yang melibatkan sintaksis kemungkinan besar akan mengacu pada pekerjaan yang dilakukan oleh ahli bahasa struktural. Misalnya, seorang ahli bahasa yang meneliti pemrosesan kalimat mungkin menerapkan prinsip-prinsip strukturalis ke berbagai kalimat sebagai langkah untuk memahami bagaimana individu memahaminya.