Arti kata memiliki dua bagian. Denotasi sebuah kata adalah definisi faktual yang dapat ditemukan dalam kamus. Konotasi, di sisi lain, adalah definisi ditambah asosiasi emosional dan budaya yang menyertainya. Konotasi negatif adalah istilah bahasa untuk konotasi yang memiliki nada tidak menyenangkan atau buruk.
Sebuah kata dengan konotasi negatif memiliki beban emosional. Seperti yang ditunjukkan kalimat sebelumnya, konotasi sebuah kata dapat berubah berdasarkan konteksnya atau cara penggunaannya dalam sebuah kalimat. Kata-kata “emosional” dan “bagasi” tidak selalu berkonotasi negatif, tetapi bersama-sama memiliki konotasi negatif. Misalnya, jika seseorang dikatakan memiliki beban emosional, orang mungkin berpikir bahwa dia tidak stabil atau harus mencari konseling.
Secara sosial, orang setuju bahwa banyak kata memiliki konotasi positif atau negatif. Tanpa kesepakatan tentang bahasa ini orang tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Misalnya, kebanyakan orang akan setuju bahwa kata “hemat” memiliki asosiasi positif dengan gagasan orang praktis yang tidak menghabiskan uang dengan sia-sia. Kata “murah”, di sisi lain, memiliki konotasi negatif dan sering dianggap sebagai penghinaan. Seperti hemat, bagaimanapun, murah juga menggambarkan seseorang yang tidak menghabiskan uang secara boros, tetapi biasanya dikaitkan dengan orang yang kikir dan kikir.
Konotasi negatif dapat bergantung pada persepsi individu juga. Kata “ular” memiliki konotasi negatif bagi banyak orang karena ketakutan akan ular adalah hal yang biasa. Penyebutan kata ular saja membuat beberapa orang bergidik; namun itu adalah kata yang menyenangkan bagi seorang herpetologis — seorang ahli zoologi yang mengkhususkan diri dalam studi tentang ular. Persepsi individu terhadap sebuah kata dapat menjadi lebih jelas tergantung pada pengalaman dan susunan psikologis orang tersebut. Jika seseorang kehilangan tabungan hidupnya karena investasi gelap penasihat keuangan, istilah “penasihat keuangan” mungkin memiliki konotasi negatif untuk orang itu.
Penulis, yang sering melakukan keajaiban dengan membuat asosiasi antara kata dan gambar, harus sangat memperhatikan konotasi dan dampaknya. Sastra dan puisi ditulis untuk memancing emosi. Fokus penulis pada kata-kata dan konteksnya dalam puisi atau novel membantunya mengekspresikan ide dan emosi. Misalnya, seorang penyair mungkin menulis, “tupai bertengkar di pepohonan.” Konotasi negatif dari kata “bertengkar” membantu menciptakan gambaran betapa berisik dan riuhnya tupai.