Apa Hubungan antara Diksi dan Sintaks?

Diksi dan sintaksis adalah dua elemen utama gaya dalam komunikasi. Diksi mengacu pada pilihan kata-kata tertentu yang digunakan pembicara atau penulis, sedangkan sintaksis mengacu pada bagaimana kata-kata itu disusun untuk membentuk kalimat. Sebuah teks dengan diksi yang kompleks biasanya juga memiliki sintaks yang kompleks dan sebaliknya, tetapi keduanya sebenarnya merupakan aspek gaya yang terpisah. Bersama-sama, diksi dan sintaksis memainkan peran besar dalam nada, keterbacaan, dan minat sebuah teks.

Sebuah diksi karya terdiri dari jenis dan variasi kata yang digunakan seorang penulis. Itu bisa terdiri dari kata-kata sederhana dan umum, atau jargon yang unik atau teknis. Misalnya, kata “sapi” dan “sapi” memiliki arti yang sama. “Sapi” adalah diksi umum, sementara “sapi” lebih khusus.

Sintaks, di sisi lain, berkaitan dengan cara kata-kata diatur, daripada kata-kata tertentu yang dipilih. Seperti diksi, sintaks bisa sederhana atau rumit. Sebuah kalimat dengan sintaks yang rumit mungkin mengandung banyak klausa dependen atau fitur tata bahasa yang unik.

Seorang komunikator yang baik sadar akan pengaruh struktur kalimat dan pilihan kosakatanya terhadap pembaca. Dia akan menggunakan diksi dan sintaks untuk menyampaikan nada yang sesuai dengan situasi. Jika menulis buku anak-anak tentang kucing, misalnya, penulis mungkin tidak akan menyebut mereka sebagai “felidae”, dan dia mungkin akan menggunakan struktur kalimat yang sangat sederhana. Namun, jika menulis untuk jurnal peer-review, pilihan kata yang lebih ilmiah dan kalimat yang kompleks dapat diharapkan.

Keterbacaan adalah cara penting di mana diksi dan sintaksis mempengaruhi sebuah tulisan. Dengan mengadopsi verbiage yang polysyllabic atau sesquipedalian dan dengan membangun kalimat dengan cara yang dapat mengaburkan makna teks dengan proliferasi klausa, seorang penulis dapat mengurangi keterbacaannya. Dengan kata lain, kalimat dan kata sederhana lebih mudah dibaca. Kalimat dengan kata-kata yang panjang dan tidak umum lebih sulit dibaca daripada kalimat yang menggunakan kosakata dasar.

Diksi dan sintaksis yang tepat dan bervariasi juga membuat sebuah teks menjadi lebih menarik. Meskipun kalimat yang lebih pendek dan kosa kata yang lebih sederhana lebih mudah dipahami, menggunakan kembali kata-kata yang sama berulang-ulang dapat membuat sebuah tulisan menjadi membosankan. Menggunakan kalimat pendek terus-menerus dapat membuat pembaca merasa seperti sedang “dibicarakan”, dan tidak akan tertarik. Seorang penulis yang memvariasikan dua elemen ini, dalam batas-batas apa yang sesuai untuk situasi dan audiens, biasanya menjadi komunikator yang paling efektif dan menarik.