Apa itu Phonics Analitik?

Phonic analitik adalah metode pengajaran membaca yang pertama-tama didasarkan pada menghafal kata-kata penglihatan, kemudian menganalisis struktur fonetik kata-kata penglihatan itu. Ini berbeda dari pendekatan phonics populer lainnya, seperti phonics linguistik atau phonics sintetis terutama dengan menjadi pendekatan “top-down”. Ini berarti bahwa itu dimulai dengan kisah-kisah otentik, kemudian berlanjut ke kata-kata dan huruf-huruf individual atau unit-unit fonetik. Fonetik analitik sering digunakan sebagai bagian dari kurikulum seluruh bahasa.

Pendekatan whole language untuk pengajaran membaca dimulai dengan seorang guru membacakan cerita fiksi atau nonfiksi kepada siswa sambil mereka mengikutinya. Siswa kemudian belajar mengenali kata dengan melihat tanpa harus mampu membunyikan kata-kata baru, karena mereka tidak memiliki banyak pengetahuan tentang phonics, yaitu cara huruf sesuai dengan bunyi kata-kata. Phonic analitik adalah salah satu cara untuk mengatasi kekurangan ini di seluruh bahasa, dengan meminta siswa menganalisis phonics kata-kata yang sudah mereka ketahui.

Secara umum, pelajaran dalam phonics analitik akan melibatkan guru yang menunjukkan kepada siswa kumpulan kata yang memiliki beberapa huruf atau kombinasi huruf yang sama, seperti “suara”, “tepung” dan “awan”. Guru membimbing siswa untuk menemukan bagaimana bunyi dan huruf saling berhubungan. Dalam contoh ini, “ou” dalam ketiga kata terdengar seperti “ow.” Setelah siswa mampu mengenali kombinasi huruf yang membentuk kata-kata yang sudah mereka ketahui, mereka akan dapat membunyikan kata-kata lain yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

Phonic analitik sebanding dengan phonics linguistik di mana keduanya fokus pada pola suara dalam kata-kata daripada suara individu huruf, tetapi phonics linguistik kurang bergantung pada penggunaan kata-kata penglihatan yang diperoleh dari membaca. Siswa belajar membaca kelompok kata yang semuanya memiliki pola yang sama, seperti “raja”, “cincin”, dan “bernyanyi”. Mereka kemudian mungkin diberi tugas membaca yang menggunakan ini dan kata-kata terstruktur serupa lainnya. Pendukung pendekatan top-down mungkin mengkritik metode ini karena menggunakan teks buatan, dan karena itu biasanya tidak menarik.

Phonics sintetis hampir kebalikan dari phonics analitis. Sedangkan phonics analitik dimulai dengan keseluruhan cerita dan bekerja ke suara individu, phonics sintetis mengambil pendekatan “bottom-up” dengan mengajar siswa untuk mengenali suara huruf individu. Suara-suara itu kemudian digabungkan, atau disintesis, untuk membuat kata-kata. Fonetik sintetik mengajarkan membaca dan mengeja dengan menulis secara bersamaan, berbeda dengan fonetik analitik yang menekankan membaca terlebih dahulu kemudian beralih ke mengeja dan menulis.