Apa itu Analisis Morfologi?

Dalam disiplin linguistik, analisis morfologi mengacu pada analisis kata berdasarkan bagian-bagian bermakna yang terkandung di dalamnya. Beberapa kata tidak dapat dipecah menjadi beberapa bagian yang bermakna, tetapi banyak kata terdiri dari lebih dari satu unit yang bermakna. Satuan makna terkecil dalam sebuah kata disebut morfem. Morfem mungkin bebas atau terikat, dan morfem terikat diklasifikasikan sebagai infleksional atau turunan. Guru bahasa sering menggunakan analisis morfologi untuk menggambarkan proses pembentukan kata kepada siswa mereka.

Istilah teknis yang digunakan untuk menunjukkan unit makna terkecil dalam suatu bahasa adalah morfem. Sebuah morfem mungkin atau mungkin tidak sama dengan sebuah kata. Beberapa kata terdiri dari beberapa morfem, sementara yang lain hanya terdiri dari satu morfem. Kata-kata yang dibangun di atas beberapa morfem dikatakan mengandung kata dasar yang ditambahkan morfem lain. Misalnya, kata “katak” hanya mengandung satu morfem, yang memiliki arti makhluk amfibi kecil yang berwarna hijau dan melompat. Kata “katak” mengandung dua morfem; yang pertama adalah “katak”, yang merupakan akar kata, dan yang kedua adalah penanda jamak “-s.”

Morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata disebut morfem bebas. Morfem yang harus melekat pada morfem lain disebut morfem terikat. Morfem terikat mencakup sufiks gramatikal yang sudah dikenal seperti jamak -s atau bentuk lampau -ed. Prefiks seperti un-in unladylike, atau tri-in tricycle, juga merupakan contoh morfem terikat. Beberapa bahasa menggunakan infiks, yaitu morfem yang ditempatkan di dalam morfem lain untuk mengubah arti suatu kata. Istilah imbuhan dapat digunakan untuk menyebut awalan, akhiran, dan sisipan sebagai suatu kelompok.

Dalam bidang analisis morfologi, dua kelas morfem didefinisikan. Kedua kelas tersebut adalah infleksional dan derivasional. Morfem infleksional adalah morfem yang memiliki fungsi gramatikal, seperti bentuk jamak -s atau bentuk lampau -ed. Morfem turunan beroperasi lebih langsung pada makna kata. Contoh morfem derivasional adalah sufiks -able pada kata menggelikan. Sufiks ini menambahkan arti “mampu” pada kata “tertawa”, menghasilkan kata baru yang berarti “mampu memancing tawa”.

Banyak guru bahasa menemukan konsep analisis morfologi berguna dalam membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan bahasa mereka. Siswa yang memahami bagaimana kata dibentuk menggunakan akar dan imbuhan cenderung memiliki kosakata yang lebih besar dan pemahaman bacaan yang lebih baik. Meskipun jarang bagi seorang guru bahasa untuk menggambarkan latihan membangun kata sebagai latihan dalam analisis morfologi, latihan ini sering digunakan di kelas dan diberikan sebagai bagian dari pekerjaan rumah.