Logika induktif adalah bentuk penalaran yang menggunakan premis atau pengamatan untuk menarik kesimpulan yang mungkin. Tidak seperti logika deduktif, yang menjamin kebenaran kesimpulan berdasarkan bukti yang tidak dapat disangkal, logika induktif paling baik dapat menunjukkan bahwa kesimpulan sangat mungkin berdasarkan premis. Karena penalaran induktif terbuka untuk premis-premis yang agak umum dan non-spesifik, kemungkinan bias dan kesimpulan yang salah seringkali cukup tinggi. Namun demikian, logika induktif sering digunakan untuk membuat argumen untuk segala hal mulai dari keputusan pembelian hingga undang-undang, karena jauh lebih mudah untuk dibangun daripada argumen deduktif.
Agar suatu pernyataan dianggap induktif, pernyataan itu harus memiliki satu atau beberapa premis yang mengarah pada suatu kesimpulan. Misalnya, premis yang digunakan untuk mencapai kesimpulan “lebih banyak orang minum susu sapi daripada susu kambing” mungkin termasuk “toko kelontong menjual susu sapi dalam jumlah yang lebih banyak daripada susu kambing,” atau “ada lebih banyak perusahaan susu yang memiliki sapi daripada kambing.” Meskipun pernyataan-pernyataan ini mungkin tidak dapat membuktikan secara meyakinkan bahwa lebih banyak orang minum susu sapi, mereka membuat kebenaran pernyataan itu lebih mungkin. Jika kesimpulan induktif memiliki tingkat probabilitas yang tinggi, itu disebut argumen yang kuat; kesimpulan dengan tingkat probabilitas rendah dianggap sebagai argumen yang lemah.
Bahkan argumen induktif yang kuat bisa terbuka untuk kekurangan; bias, kesimpulan yang tidak logis, dan fakta ketidakpastian yang sederhana semuanya dapat mengarah pada kesimpulan yang salah meskipun memiliki premis yang kuat. Bias terjadi ketika seseorang yang membuat atau mengevaluasi kemungkinan suatu argumen memberikan bobot ekstra atau mengabaikan premis-premis tertentu berdasarkan keadaan luar, seperti pengalaman pribadi. Jika, misalnya, seseorang digigit pudel, dia mungkin percaya bahwa semua pudel itu ganas dan kecil kemungkinannya untuk mengadopsinya. Kesimpulan yang tidak logis dapat terjadi ketika semua premis secara objektif benar, tetapi kesimpulan yang ditarik darinya tidak mengikuti secara logis; misalnya, sementara “semua pudel adalah anjing” mungkin benar, tidak logis bahwa “semua anjing adalah pudel.”
Kerentanan terbesar logika induktif adalah ketidakpastian yang melekat. Bahkan dengan premis yang kuat dan kesimpulan yang logis, argumen induktif selalu memiliki kemungkinan untuk tidak benar. Handicappers pacuan kuda mengalami masalah ini secara teratur, karena bahkan kuda yang sangat disukai dengan catatan sempurna dan bidang lawan yang buruk dapat memiliki balapan yang buruk dan berakhir terakhir, terlepas dari kemungkinan yang dirasakan untuk menang. Kerentanan argumen induktif juga sangat penting di ruang sidang, karena beberapa kasus hanya memberikan bukti deduktif dan tidak salah lagi.
Karena dunia ini penuh dengan ketidakpastian dan interpretasi yang beragam, banyak orang menghadapi penalaran induktif ketika membuat keputusan. Ketika mencoba untuk menentukan validitas logika induktif, penting untuk memeriksa setiap premis untuk potensi bias, ketidaklogisan, dan spesifisitas. Jika premis dapat secara wajar dinilai tidak bias dan logis, maka perlu untuk melihat apakah kesimpulannya adalah asumsi logis dari bukti. Menemukan bahwa kesimpulannya logis, maka penting untuk menentukan seberapa besar kemungkinan kesimpulannya, berdasarkan kekuatan dan jumlah premis. Bahkan setelah semua pemeriksaan ini, penting untuk diingat bahwa logika induktif hanya dapat mengarah pada tebakan yang benar-benar terdidik, dan tidak pernah pada kebenaran yang definitif dan tidak dapat disangkal.