Kata kerja yang kuat adalah kata kerja dalam kalimat yang memastikan suara aktif dalam kalimat itu, bukan kata kerja lemah yang sering membuat suara pasif dalam sebuah kalimat. Sementara kata kerja tertentu dapat lebih mudah membuat suara aktif dan bertindak sebagai kata kerja yang kuat cukup sering, sebagian besar kata kerja berpotensi menjadi kuat atau lemah tergantung pada bagaimana mereka digunakan. Kata kerja yang kuat biasanya berdiri sendiri dalam sebuah kalimat, seringkali tanpa kata kerja bantu, dan dengan jelas menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh subjek kalimat. Dalam “Anjing mengunyah tulang”, kata kerja “mengunyah” menjadi kuat, sedangkan dalam kalimat seperti “Tulang itu dikunyah oleh anjing”, menjadi lemah.
Urutan kata yang tepat dan penghapusan kata-kata yang lemah atau tidak perlu dalam sebuah kalimat seringkali dapat membantu menghasilkan kalimat dengan kata kerja yang kuat daripada kata kerja yang lemah. Salah satu fungsi utama dari kata kerja yang kuat adalah untuk memastikan suara aktif dalam sebuah kalimat, yang membuat kalimat terasa lebih kuat dan lebih langsung. Ini biasanya dilakukan dengan memulai kalimat dengan subjek yang melakukan tindakan dalam kalimat itu, daripada memulai kalimat dengan objek langsung atau tidak langsung dan menyematkan subjek dalam kalimat nanti.
Penggunaan kata kerja yang kuat biasanya menciptakan tindakan langsung dalam sebuah kalimat, menghasilkan garis yang jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Dalam kalimat seperti “Pria itu memukul bola dengan tongkat pemukul dan berlari di sekitar pangkalan,” artinya jelas dan tindakannya kuat dan langsung. Kata “memukul” dalam kalimat ini adalah kata kerja yang kuat, seperti halnya “berlari,” dan berdiri sendiri tanpa kata kerja bantu. Pembaca kalimat ini dapat dengan jelas mengetahui apa tindakan itu dan seluruh peristiwa memiliki perasaan kedekatan dan “kekuatan” di baliknya.
Namun, ketika kata kerja yang kuat tidak digunakan, kata kerja yang lemah biasanya ditemukan dan kalimat tersebut sering kali kehilangan rasa kekuatan dan tindakan yang seharusnya dimilikinya. Jika contoh sebelumnya ditulis ulang sebagai “Bola dipukul oleh orang yang berlari di sekitar pangkalan,” tindakannya menjadi agak encer dan artinya menjadi kurang jelas. Kata kerja yang lemah dalam kalimat itu adalah frasa “telah dipukul,” yang telah mengambil tambahan dan subjek kalimat tampaknya menjadi bola, bukan pria. Tanpa menggunakan kata kerja yang kuat, tindakan sekunder dalam kalimat, pria berlarian di sekitar pangkalan, juga menjadi membingungkan dan alur kalimat menjadi berombak dan lemah.