Dalam menulis, penonton menjadi pertimbangan penting. Sebelum seorang penulis meletakkan sesuatu di atas kertas, ia harus mempertimbangkan dengan tepat siapa yang akan membacanya. Pembaca ini adalah penontonnya, dan seorang penulis mungkin perlu sedikit mengubah gaya penulisan untuk menarik minat pembaca yang berbeda.
Kadang-kadang, terutama di lingkungan sekolah, konsep audiens mungkin tidak didefinisikan dengan jelas pada tugas menulis. Siswa mungkin tidak yakin apakah mereka menulis untuk menyenangkan guru, dirinya sendiri, atau teman-temannya. Meminta seorang guru untuk menentukan kepada siapa karya tersebut harus ditargetkan adalah cara terbaik bagi seorang penulis untuk mengetahui bagaimana mengekspresikan dirinya.
Misalnya, satu pertanyaan yang sering muncul dalam makalah mahasiswa adalah apakah penulis dapat berasumsi bahwa pembaca akan memiliki pengetahuan tentang subjek tersebut. Jika dia dapat berasumsi bahwa audiens telah membaca materi, atau fasih dalam subjek yang dia diskusikan, ini memberitahu dia bahwa dia bisa lebih teknis dan mungkin tidak perlu meringkas atau mendefinisikan topik secara singkat sebelum masuk ke detail. Di sisi lain, jika dia memperkenalkan konsep baru atau ide baru, yang pembaca tidak terbiasa, ringkasan dan penjelasan singkat mungkin diperlukan untuk memperjelas ide.
Penulis yang tidak terlatih sering kali memiliki gagasan bahwa hanya ada satu cara untuk mengekspresikan diri, melalui bahasa yang sangat ilmiah dan bertele-tele. Untuk beberapa pembaca, seperti sekelompok Dekonstruksionis, ini mungkin cara terbaik untuk berkomunikasi, tetapi bagi sebagian besar, termasuk guru, bahasa sederhana yang jelas adalah cara terbaik untuk menyampaikan maksud. Kebanyakan tulisan modern, kecuali pada tingkat sarjana, harus ditujukan untuk ekspresi yang jelas, kata-kata yang mudah dipahami, dan benar-benar harus menyerupai mode ekspresi yang sedikit lebih formal daripada berbicara. Siswa sering berasumsi bahwa gaya menulis yang tinggi akan memberi mereka poin dengan rekan atau guru, padahal biasanya memiliki efek sebaliknya.
Orang yang belum memiliki banyak pengalaman menulis sering membuat kesalahan ini dalam bisnis juga. Apakah seseorang sedang menulis memo, ulasan karyawan, surat lamaran, atau email bisnis, ia harus menulis kepada pembaca yang diharapkan. Dalam kebanyakan kasus, penonton kemungkinan besar adalah orang seperti penulis, dengan tingkat pendidikan yang hampir sama. Menggunakan kata-kata besar dan kalimat panjang mungkin tidak berguna baginya.
Novelis dan penyair seringkali hanya berhasil sejauh mereka dapat menulis kepada audiens yang ditentukan. Misalnya, buku Harry Potter ditulis sedemikian rupa sehingga menarik bagi pembaca muda. JK Rowling bisa saja menulis buku untuk pembaca yang lebih dewasa, dan buku-buku itu memang mengandung unsur-unsur yang sangat menarik bagi orang dewasa, tetapi pilihan bahasa yang dia buat juga sangat menarik bagi anak-anak dan membuat buku-buku itu dapat diakses oleh pembaca muda. Pilihannya dalam materi pelajaran, penggunaan humor, dan kreativitas adalah contoh pemahaman Rowling tentang pembaca sasaran.
Pengetahuan tentang audiens, dan mengetahui apa yang diharapkan kelompok ini, sering dikaitkan dengan istilah Yunani kairos. Didefinisikan secara longgar, kairos berarti mengetahui apa yang harus dikatakan dan kapan harus mengatakannya. Ini menyiratkan rasa waktu yang tepat dan pemahaman tentang porsi masyarakat, betapapun kecilnya, yang ingin ditangani seseorang. Kairos adalah istilah kunci dalam pengajaran retorika dan pidato di Yunani kuno karena membantu penulis muda belajar membaca audiens dan memahami cara terbaik untuk menarik kelompok itu.
Dari perspektif Yunani, dan di banyak kelas menulis modern, seseorang tidak bisa hanya menulis tetapi juga harus belajar bagaimana dunia bekerja. Kata-kata adalah hal yang kuat yang dapat menginspirasi atau membuat jijik pembaca, atau sama sekali gagal mengomunikasikan apa yang diinginkan penulis. Mereka memang harus dipilih dengan hati-hati. Pada akhirnya, memahami audiens adalah tentang memahami orang atau orang-orang yang akan membaca karya tersebut. Artinya, penulis harus menulis tidak hanya untuk memuaskan dirinya sendiri, tetapi juga untuk memuaskan, menggetarkan, atau memuaskan orang lain.