Biodiesel minyak sawit merupakan salah satu alternatif bahan bakar minyak bumi. Itu terbuat dari minyak yang diekstraksi dari buah dan biji pohon palem. Mobil, truk, kapal, dan mesin lain yang memiliki mesin pembakaran internal dapat menggunakan biodiesel minyak sawit. Ini bisa murni dalam bentuk atau dapat dicampur dengan berbagai jumlah minyak bumi juga. Meskipun penggunaan biodiesel minyak sawit dapat mengeluarkan lebih sedikit karbon daripada bahan bakar fosil lainnya, penggunaannya yang meluas juga membawa banyak dampak negatif.
Sekitar sepuluh persen dari pohon sawit digunakan untuk mengekstraksi minyak sawit. Sisanya dianggap sampah di beberapa daerah, sementara di tempat lain sampah itu digunakan sebagai bahan bakar briket. Meskipun pohon kelapa sawit ditemukan di banyak lokasi geografis, Malaysia mengekspor minyak sawit paling banyak secara global, banyak di antaranya digunakan sebagai biodiesel minyak sawit.
Ada beberapa manfaat menggunakan biodiesel minyak sawit. Misalnya, kilang atau pabrik biodiesel sedang dibangun di banyak negara di seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Karibia, Amerika Tengah, dan Asia. Kilang menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi lokal. Selain itu, penggunaan biodiesel minyak sawit tidak akan mengeluarkan karbon penyebab polusi saat dibakar. Ini membuatnya lebih bersih daripada banyak bahan bakar fosil lainnya.
Banyak ahli ilmiah percaya bahwa kerugian dari penggunaan biodiesel minyak sawit jauh lebih besar daripada manfaatnya. Misalnya, minyak sawit dapat digunakan sebagai sumber makanan. Hal ini menimbulkan perdebatan apakah minyak tersebut harus digunakan sebagai biodiesel atau digunakan untuk memberi makan orang di seluruh dunia. Karena permintaan yang tinggi untuk kedua sumber, biaya telah meningkat secara substansial selama beberapa tahun terakhir.
Argumen lain yang menentang penggunaan biodiesel minyak sawit termasuk dampak lingkungannya. Mengingat besarnya permintaan akan minyak sawit baik sebagai biodiesel maupun sebagai sumber makanan, beberapa perusahaan telah menebang pohon kelapa sawit yang luas untuk diambil minyaknya. Deforestasi skala besar ini berdampak buruk bagi habitat alami dan menyulitkan pertumbuhan pohon palem dalam jangka waktu lama. Selain itu, karena permintaan yang menyebabkan harga minyak sawit naik, harganya menjadi sangat mahal jika dibandingkan dengan alternatif biodiesel lain, seperti minyak nabati.
Beberapa pemerhati lingkungan juga berpendapat bahwa bahan bakar, energi, dan limbah yang digunakan dan dibuat selama pembangunan kilang dan pabrik kelapa sawit menghasilkan polusi karbon dalam jumlah besar. Bahkan, ada yang mengklaim bahwa karbon yang dikeluarkan dari konstruksi jauh lebih besar daripada karbon yang disimpan dengan menggunakan biofuel itu sendiri. Selain itu, mereka mengklaim bahwa penggunaan pestisida, pupuk, dan bahan kimia lainnya secara berlebihan pada pohon kelapa sawit menciptakan polusi tambahan pada tanah dan saluran air.