Pembangkit turbin gas adalah pembangkit yang menggunakan gas alam untuk menghasilkan listrik. Dalam kebanyakan kasus ini dilakukan dengan menggunakan uap panas untuk memutar turbin. Ini adalah cara ketiga yang paling umum untuk menghasilkan listrik. Manfaat lingkungan mungkin menjadi salah satu alasan mengapa terus berada di tiga besar. Pada saat yang sama, pembangkit listrik pembangkit listrik terbarukan berada di urutan keempat, dan kemungkinan akan terus mendapatkan momentum seiring dengan peningkatan teknologi.
Pabrik turbin gas alam biasanya bekerja dengan memanaskan air dalam boiler. Ini menciptakan uap, yang kemudian disalurkan melalui area yang lebih kecil ke turbin. Turbin berputar dari tekanan yang dihasilkan uap, menghasilkan arus listrik melalui penggunaan elektromagnet. Listrik ini kemudian diangkut melalui kabel dari pabrik turbin gas ke lokasi lain, kemungkinan besar pelanggan pabrik. Metode ini umumnya hanya mampu mengubah kira-kira sepertiga dari panas yang dihasilkan menjadi listrik, artinya sangat tidak efisien.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pembangkit turbin gas adalah dengan membangun pembangkit hibrida, tidak hanya menggunakan uap tradisional, tetapi juga turbin gas terpusat. Ini disebut unit siklus gabungan. Pertama, pembangkit listrik tenaga gas alam menggunakan panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar untuk memutar turbin bertenaga gas secara langsung. Kemudian, panas yang tidak terpakai, atau terbuang, digunakan untuk menghasilkan uap untuk membantu memutar turbin lain. Dengan menggabungkan kedua proses ini, efisiensi dapat meningkat hingga 60 persen.
Terlepas dari kemajuan efisiensi ini, pembangkit turbin gas masih merupakan metode yang relatif jarang untuk menghasilkan listrik. Batubara adalah pemimpinnya, mungkin karena sumbernya yang sangat banyak dan murah. Nuklir berada di urutan berikutnya, mungkin karena bersih dan murah, begitu pabriknya dibangun. Namun, ada beberapa keuntungan dari pembangkit listrik turbin gas.
Keuntungan ini sering kali datang ke biaya dan kebersihan. Sebuah pabrik turbin gas menghasilkan sekitar 55 persen karbon dioksida yang dihasilkan oleh pabrik batu bara untuk menghasilkan jumlah listrik yang sama. Selanjutnya, tidak ada merkuri yang dihasilkan, dan hanya satu pon sulfur dioksida. Sebuah pabrik batu bara, sebagai perbandingan menghasilkan hampir 2,600 pon sulfur dioksida dan sejumlah kecil merkuri, per miliar BTU keluaran energi.
Ada beberapa kelemahan untuk pembangkit turbin gas alam juga. Dalam kebanyakan kasus, harga gas alam bisa sangat fluktuatif, terutama selama bulan-bulan musim dingin ketika permintaan bahan bakar lebih tinggi karena pemanasan ruangan. Untuk alasan ini, menentukan biaya, baik untuk perusahaan utilitas maupun konsumen, bisa menjadi hal yang sulit. Hal ini dapat menyebabkan disparitas yang sangat besar dalam penganggaran, dan fluktuasi harga yang luas.