Karet sintetis dibuat dari minyak bumi dan diklasifikasikan sebagai elastomer buatan. Ini berarti bahwa ia dapat berubah bentuk tanpa mengalami kerusakan, dan dapat kembali ke bentuk semula setelah diregangkan. Karet buatan memiliki banyak keunggulan dibandingkan karet alam, dan digunakan dalam banyak aplikasi karena kinerjanya yang unggul. Penggunaan karet sintetis jauh lebih menonjol daripada karet alam di sebagian besar negara industri.
Karet alam, berbeda dengan jenis buatan, bukanlah produk minyak bumi tetapi ditanam di Hevea brasiliensis, atau pohon karet. Pohon karet dewasa menghasilkan lateks, yang dapat dipanen tanpa merusak pohon. Salah satu kelemahan utama karet alam adalah pasokannya yang terbatas.
Permintaan akan sumber karet mulai meningkat pesat dengan penemuan mobil dan ban mobil. Banyak ilmuwan mencari alternatif sintetis selama awal abad ke-20, tetapi baru pada Perang Dunia Kedua karet sintetis menggantikan sumber alami. Perang di Pasifik selama ini memutuskan pasokan karet Amerika Serikat dari Hindia Timur. Produksi karet buatan manusia selama tahun 1940-an berkembang menjadi lebih dari 100 kali tingkat sebelum perang.
Membuat karet buatan dimulai dengan minyak bumi. Dua gas yang disebut butadiena dan stirena diproduksi sebagai produk sampingan selama proses penyulingan minyak bumi. Lateks cair, bentuk dasar dari karet sintetis, dibuat ketika butadiena dan stirena digabungkan dengan benar. Setelah lateks cair dibiarkan kering, lateks dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk dan digunakan oleh fasilitas manufaktur sebagai pengganti karet alam.
Karet sintetis digunakan dalam berbagai aplikasi. Selain pentingnya dalam ban mobil, karet buatan juga biasa digunakan untuk memproduksi peralatan medis, suku cadang cetakan, dan ikat pinggang untuk mesin. Banyak selang dan segel industri juga dibuat menggunakan karet buatan.
Ada beberapa jenis karet sintetis yang populer. Ini biasanya dibuat dengan menggabungkan bahan kimia dalam jumlah yang berbeda selama proses produksi karet. Karet stirena butadiena (SBR) sangat umum, dan mampu menahan suhu antara -40 hingga 212 F (-40 hingga 100 C). Jenis karet ini banyak digunakan pada tapak ban untuk pesawat terbang dan mobil, dan juga untuk ban berjalan dan produk industri lainnya.
Karet isoprena (IR) mampu menangani suhu yang lebih tinggi daripada karet stirena butadiena. IR memiliki toleransi suhu maksimum 266 F (130 C). Karet buatan ini sering digunakan pada produk yang harus menahan tingkat panas yang tinggi, seperti selang pemanas kendaraan dan ban mobil performa.