Apa itu Furnitur Art Deco?

Gaya dekoratif yang dikenal sebagai Art Deco menjadi sangat populer di banyak negara antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Popularitasnya paling besar di Eropa selama tahun 1920-an, dan di Amerika Serikat selama tahun 1930-an. Itu memiliki pengaruh luar biasa pada arsitektur saat itu, serta pada furnitur, seni rupa, pakaian, perhiasan, dan bioskop. Furnitur Art Deco sering mengingatkan pada garis dan lekukan arsitektur.

Istilah “Art Deco” berasal dari pameran seni Prancis tahun 1925 di Le Musee des Arts Decoratifs. Banyak arsitek Amerika menghadiri pameran ini dan berpengaruh dalam membentuk pengaruh luas gerakan Art Deco di AS. Gaya arsitektur Art Deco telah terpelihara dengan baik di Amerika, terutama di kota-kota besar. Gedung Chrysler dan Radio City Music Hall di New York City adalah dua contoh motif khas Art Deco yang terkenal.

Furnitur Art Deco ditandai dengan penggunaan logam seperti stainless steel dan aluminium. Pernis dan kayu hias juga menonjol dalam gaya furnitur ini. Kadang-kadang, penggunaan bahan-bahan eksotis seperti kulit hiu dan zebra dapat ditemukan, meskipun biaya bahan-bahan ini cukup tinggi sehingga tidak terlihat di rumah atau kantor rata-rata. Kayu gelap dan eksotis sering disukai dalam furnitur Art Deco, dan banyak contoh yang bertahan menunjukkan penggunaan mencolok dan kombinasi kayu rosewood, ebony, dan mahoni. Dalam banyak kasus, noda yang digunakan pada kayu menonjolkan elemen urat yang lebih gelap, memberikan tekstur visual yang luar biasa pada potongan yang telah selesai.

Perabotan dan arsitektur Art Deco yang terlihat di AS menyampaikan rasa kekuatan dan optimisme pada saat depresi ekonomi membawa kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke negara itu. Misalnya, motif sunburst ada di mana-mana, sering digambarkan dengan latar belakang biru, membangkitkan citra matahari terbit. Banyak bangunan publik yang menampilkan gaya Art Deco dirancang untuk menyampaikan rasa kebanggaan nasional, dengan mural berwarna cerah dan patung yang kuat. Ini tampaknya mendengarkan kembali kebanggaan pemerintah dan masyarakat republik Romawi.

Popularitas Art Deco mengalami penurunan tajam memasuki Perang Dunia II, dengan semangat baru pengorbanan diri dan penghematan. Namun, gaya Art Deco yang khas telah digaungkan oleh orang lain, sejak penurunannya. Itu mengalami kebangkitan terbatas pada 1960-an, dan kemudian lagi pada 1980-an, disertai untuk kedua kalinya dengan minat pada desain grafis dan rasa glamor nostalgia yang telah diwakili oleh Art Deco.