Perang Peloponnesia adalah konflik militer di Yunani Kuno yang berlangsung dari 431 SM hingga 404 SM. Periode konflik ini secara radikal mengubah lanskap politik Yunani, sangat melemahkan sistem klasik negara-kota yang telah mendominasi wilayah tersebut selama lebih dari tiga ratus tahun sebelum pecahnya perang. Peristiwa Perang Peloponnesia juga luar biasa karena ini adalah salah satu konflik militer pertama yang dicatat oleh seorang kontemporer, Thycidides, yang menulis The History of the Peloponnesian War, sebuah teks yang masih dibaca dan dibahas sampai sekarang.
Sebagian besar sejarawan membagi Perang Peloponnesia menjadi tiga fase berbeda: Perang Archidamian, Invasi Sisilia, dan Perang Decelean atau Ionia. Konflik-konflik ini ditandai dengan jatuhnya korban yang meluas di mana banyak warga sipil dan orang-orang yang berada di sekitarnya meninggal atau sangat menderita akibat perusakan tanaman dan manuver militer yang memadati masyarakat, meningkatkan risiko penyakit seperti wabah. Pada akhir Perang Peloponnesia, negara Athena yang sangat lemah telah jatuh, dan ada kemiskinan yang meluas di seluruh Attica, wilayah Yunani yang pernah dikuasai Athena.
Selama Perang Archidamian, negara-kota Sparta di Yunani menginvasi Athena dan daerah sekitarnya. Kedua belah pihak bertukar menang dan kalah saat mereka berjuang untuk dominasi di Attica selama 10 tahun, akhirnya menandatangani Perdamaian Nicias untuk mengakhiri konflik di 421 SM. Namun, tak lama kemudian, Athena menginvasi kota Syracuse di pulau Sisilia, memicu babak baru konflik. Selama serangan Athena di Syracuse, Athena menderita sejumlah kekalahan, melemahkan militer Athena dan terutama angkatan laut mereka, dan menyiapkan panggung untuk tahap akhir perang, ketika Sparta menyerbu Athena dengan bantuan dari Persia.
Selama Perang Decelean, Spartan juga mendorong rakyat Athena untuk memberontak, sehingga Athena mendapati dirinya diserang dari dalam maupun dari luar. Ini pada akhirnya terbukti terlalu berat bagi negara-kota yang terkepung, yang menyerahkan kemenangan pada 404 SM. Pada akhir Perang Peloponnesia, Sparta telah berhasil memecah sistem negara kota, mendominasi Yunani dan menyiapkan panggung untuk perang saudara lebih lanjut dan perjuangan internal yang akhirnya membuat Yunani bertekuk lutut.
Selain Thycidides, orang Yunani lainnya juga mengomentari dan menulis tentang Perang Peloponnesia, termasuk Aristophanes, yang menyindirnya dalam drama, Euripides, Sophocles, dan Aristoteles. Peristiwa Perang Peloponnesia menarik banyak perhatian di antara orang Athena dan Sparta, yang merasakan bahwa perang akan memiliki dampak dramatis pada masyarakat Yunani, seperti yang memang terjadi.