Apa itu Glebe?

Glebe adalah sebidang tanah milik gereja. Itu digunakan untuk memelihara gereja dan stafnya, dan kadang-kadang juga untuk menghasilkan dana yang dapat dikirim ke kursi gereja. Glebes telah menyusut secara substansial dari asal-usul historisnya, itulah sebabnya banyak perkembangan dan perkebunan di seluruh dunia memasukkan kata itu dalam judulnya, merujuk pada asal-usulnya.

Konsep tanah glebe cukup kuno, meskipun istilah itu sendiri baru muncul pada awal 1300-an. Sebagian besar agama telah mengakui bahwa tanah diperlukan untuk gereja itu sendiri, bersama dengan fasilitas terkait seperti perumahan untuk staf dan ruang untuk karya amal gereja, seperti panti asuhan. Selain tanah tersebut, banyak gereja yang secara historis juga memiliki pertanian, pabrik, dan tanah lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi gereja. Di era feodal, gereja dapat menggunakan tanah ini untuk memegang kekuasaan yang sangat besar, dan sering kali terjadi konflik dengan tuan kaya dan pemilik tanah yang membenci jumlah tanah yang dikendalikan oleh gereja.

Secara historis, kepemilikan tanah glebe dipegang oleh petahana yang memegang jabatan imam, menteri, atau pendeta. Tanah itu bisa disewakan dan digunakan sesuai keinginan petahana, dan ketika dia pensiun, meninggal, atau meninggalkan paroki, glebe akan beralih ke tangan penggantinya. Itu kadang-kadang digunakan sebagai insentif untuk mendorong para imam untuk menetap, seperti di Koloni Amerika, ketika orang-orang yang bersedia untuk melayani di daerah pedesaan akan dihargai dengan tanah glebe yang substansial.

Awalnya, gereja diharapkan untuk menopang diri mereka sendiri sepenuhnya dengan pendapatan dari glebe, mengirimkan pendapatan dari persepuluhan ke gereja induk. Seiring waktu, sistem mulai berubah, dan saat glebe menyusut, gereja diizinkan untuk menyimpan lebih banyak dari pendapatan persepuluhan mereka. Kepemilikan tanah juga diserahkan ke dalam kendali gereja dalam banyak kasus, alih-alih dipegang oleh petahana, untuk mempromosikan manajemen yang akan menguntungkan gereja secara keseluruhan.

Beberapa paroki terpaksa menjual sebidang tanah glebe mereka karena kekurangan dana dan perubahan keyakinan agama. Tanah dengan tempat tinggal terkadang sangat diminati, terutama jika tempat tinggalnya sudah tua, karena beberapa orang memandang perumahan Gereja tua sebagai sesuatu yang estetis atau diinginkan secara pribadi. Pastoran tua, pendeta, dan sebagainya juga sering terletak di dekat gereja dan kuburan, menciptakan lingkungan yang relatif tenang dan tenang yang dihargai banyak orang.