Senjata nuklir Rusia adalah senjata nuklir yang dibuat atau diperoleh Rusia dan disimpan di fasilitas militer Rusia. Bergantung pada perkiraan mana yang diyakini, Rusia memiliki cadangan nuklir terbesar di dunia, atau salah satu yang terbesar, memiliki antara 3,000 dan lebih dari 5,000 hulu ledak nuklir yang berpotensi digunakan bersama dengan bahan nuklir dan senjata taktis. Ada sejumlah kekhawatiran khusus terhadap program nuklir Rusia yang menjadikannya topik kepentingan global.
Bersama dengan banyak negara lain, Rusia pertama kali mulai mengeksplorasi senjata nuklir dalam Perang Dunia Kedua, berhasil menguji bom pertamanya pada tahun 1949. Keberhasilan pengembangan dan pengujian bom Rusia menambahkan gas ke api proliferasi senjata nuklir, dengan negara-negara seperti Amerika Serikat merespons dengan meningkatkan kecepatan program senjata mereka sendiri. Kekhawatiran perang nuklir mulai dimunculkan, yang mengarah pada pengembangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, yang diratifikasi Rusia pada tahun 1968.
Rusia adalah salah satu dari sedikit pemerintah yang diizinkan untuk mempertahankan senjata nuklir di bawah perjanjian, meskipun, seperti penandatangan lainnya, Rusia berkomitmen untuk nonproliferasi, bekerja untuk mengurangi jumlah senjata tersebut dan berfokus pada aplikasi damai energi nuklir. Jumlah senjata nuklir Rusia telah menurun secara radikal dari jumlah puncaknya pada abad ke-20.
Dengan pecahnya Uni Soviet, senjata nuklir Rusia menjadi perhatian karena pemerintah global khawatir bahwa ketidakstabilan politik dapat menyebabkan hilangnya hulu ledak, bahan yang sesuai, dan masalah keamanan lainnya. Bekas negara Soviet mempertahankan bahan nuklir sementara di Rusia sendiri, senjata nuklir dan bahan nuklir Rusia tidak selalu aman secara ideal. Selain menimbulkan ancaman keamanan bagi Rusia, hal ini juga berpotensi menjadi isu global jika materi tersebut jatuh ke tangan yang salah seperti organisasi teroris.
Di bawah doktrin militer Rusia, Rusia akan menggunakan senjata nuklir taktis jika dirasa perlu untuk mengatasi ancaman terhadap Rusia atau salah satu sekutu Rusia. Teknologi di balik senjata nuklir Rusia cukup bervariasi, dan doktrin ini tampaknya menunjukkan bahwa Rusia tidak mengesampingkan kemungkinan perang nuklir terbatas untuk kepentingan pertahanan diri atau pertahanan sekutu. Pemerintah dan organisasi yang prihatin tentang potensi dampak politik, sosial, dan literal dari perang nuklir telah bekerja untuk meminimalkan kemungkinan peristiwa di mana Rusia mungkin merasa tertekan untuk menggunakan persenjataan nuklirnya.