Jika gula darah berkelanjutan seseorang turun di bawah 55 miligram per desiliter (mg/dL) atau lebih tinggi dari 180mg/dL, ia dianggap memiliki kadar gula darah yang berbahaya. Kadar gula darah normal biasanya berkisar antara 82 hingga 110mg/dL, tetapi ini cenderung berfluktuasi ketika seseorang makan atau lupa makan. Namun, jika suatu saat kadar gula darah seseorang berada di bawah atau di atas ambang batas 55 hingga 180mg/dL, ia mungkin mulai mengalami efek kadar darah yang tidak normal, termasuk pusing, kelelahan, dan kelemahan. Jika tingkat berbahaya ini dipertahankan selama periode waktu tertentu, ada kemungkinan peningkatan masalah medis yang serius.
Kadar gula darah diukur dengan berbagai cara, tetapi tes yang paling umum adalah memasukkan enzim penunjuk glukosa, seperti heksokinase, ke dalam sampel darah. Perubahan tersebut kemudian dilacak dan diukur. Jika sampel menunjukkan kadar gula darah yang sangat rendah atau tinggi, pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasi pembacaan. Tergantung pada hasil akhir, pasien dapat didiagnosis dengan hipoglikemia atau hiperglikemia.
Hipoglikemia, di mana kadar gula darah seseorang secara konsisten diukur di bawah 60mg/dL, sering menyebabkan kelelahan, mual, dan pucat yang tidak sehat. Tanpa cukup gula dalam darah untuk bahan bakar proses metabolisme, sel-sel penting dan jaringan dapat mengalami kerusakan serius. Individu dengan kadar gula darah rendah yang berbahaya dapat mengalami kerusakan saraf yang signifikan, dengan kasus yang lebih parah mengakibatkan koma atau kematian.
Ketika seseorang memiliki kadar gula darah tinggi yang berbahaya, ia mengembangkan hiperglikemia. Tidak seperti pada hipoglikemia, efek hiperglikemia biasanya tidak diperhatikan sampai kondisinya memburuk ke tingkat yang signifikan. Dalam banyak kasus, pasien mengalami gejala ketika gula darah mereka mencapai 270mg/dL atau lebih. Dengan tingkat ini, individu melaporkan perasaan kesemutan di kaki mereka, mulut kering, dan penyembuhan luka yang lebih lambat. Jika dibiarkan, hiperglikemia dapat menyebabkan diabetes mellitus, aritmia jantung, dan kondisi medis serius lainnya.
Kadar gula darah seringkali dapat dikontrol melalui perubahan gaya hidup, yang paling utama adalah perubahan pola makan. Dalam kasus hipoglikemia, pasien dapat memenuhi kebutuhan gula darah mereka dengan makan lebih banyak buah atau minum dekstrosa. Dalam kasus hiperglikemia, gula yang tidak perlu dipotong sama sekali dari makanan. Manajemen diet sering dilengkapi dengan olahraga teratur untuk mempromosikan penggunaan gula darah yang efisien. Jika kasusnya cukup parah, perubahan ini bisa berlangsung seumur hidup.