Apa itu Asthenozoospermia?

Asthenozoospermia adalah istilah yang berarti penurunan motilitas sperma. Motilitas sperma, pada gilirannya, mengacu pada seberapa baik sperma bergerak. Kemampuan sperma untuk bergerak maju disebut progresi ke depan. Secara umum, sperma dibedakan berdasarkan motilitasnya yang progresif dan non-progresif atau sama sekali tidak bergerak. Ketika sperma memiliki motilitas rendah atau tidak bergerak, hal itu dapat berdampak negatif pada kesuburan pria.

Kesuburan, atau kemampuan untuk mengandung anak, dapat terhambat oleh banyak hal. Baik pria maupun wanita mungkin mengalami kemandulan, yang dapat disebabkan oleh banyak sekali faktor. Seiring dengan asthenozoospermia, penyebab lain dari infertilitas pria termasuk tidak memiliki sperma, jumlah sperma yang rendah atau sperma yang abnormal. Faktor tambahan yang dapat mempengaruhi infertilitas adalah masalah kesehatan dan kondisi lingkungan.

Infertilitas pria dapat didiagnosis melalui berbagai cara, termasuk pemeriksaan fisik dan pengungkapan riwayat medis. Asthenozoospermia biasanya diperiksa melalui analisis air mani, yang dilakukan oleh spesialis kesuburan. Untuk pemeriksaan ini, beberapa sampel dapat dikumpulkan untuk pemeriksaan guna memastikan keakuratan hasil.

Selama analisis, sampel diperiksa berdasarkan enam aspek berbeda yang membentuk sperma sehat. Empat aspek tersebut adalah konsentrasi, morfologi dan volume selain uji cairan standar. Konsentrasi berkaitan dengan rasio sperma per mililiter; morfologi mengacu pada bentuk sperma. Volume berarti volume total sampel air mani, dan tes cairan standar memeriksa ketebalan dan warna sperma.

Dua aspek lain yang dianalisis dalam analisis air mani melibatkan motilitas sperma: persentase pergerakan sperma di dalam air mani dan hitungan jumlah total sperma yang bergerak. Motilitas ditentukan oleh kemampuan sperma untuk mencapai sel telur agar terjadi pembuahan. Motilitas progresif berarti sperma aktif, apakah bergerak secara linier atau dalam lingkaran besar. Pada motilitas non-progresif, sperma aktif meskipun tidak ada progresi ke depan. Ketika sperma tidak bergerak, itu disebut sebagai imotilitas.

Karena ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kesuburan, metode perawatan medis yang berbeda ada untuk meningkatkan kemungkinan hamil anak. Dengan asthenozoospermia, masalahnya terletak pada ketidakmampuan sperma untuk bergerak menuju sel telur. Teknologi reproduksi terbantu (ART) adalah metode pengobatan yang mungkin dapat membantu mengatasi dilema ini, karena melibatkan penyuntikan sperma secara langsung ke dalam sel telur. Fertilisasi in vitro (IVF) adalah bentuk ART yang paling umum.