Apa itu Kognisi Panas? (dengan gambar)

Kognisi panas memproses informasi terutama melalui emosi dan pengalaman yang disimpan dalam memori jangka panjang. Ini mungkin disebut penalaran termotivasi karena seseorang yang menggunakan kognisi panas untuk menimbang beberapa pilihan mungkin bias dari peristiwa sebelumnya. Kognisi panas dapat menyebabkan keputusan langsung berdasarkan rangsangan positif atau negatif yang terkait dengan emosi pribadi. Sebaliknya, kognisi dingin melibatkan proses yang disengaja menggunakan fakta dan logika untuk sampai pada keputusan.

Para ilmuwan menemukan kognisi panas mengaktifkan bagian tertentu dari otak yang terkait dengan respons emosional. Area terpisah dari otak yang mengendalikan pemecahan masalah rasional menjadi aktif ketika penalaran abstrak, atau kognisi dingin, digunakan. Para peneliti melihat proses pemikiran yang berbeda ini dalam kaitannya dengan keputusan moral dan bagaimana manusia memilih kandidat politik.

Penalaran termotivasi berdasarkan emosi mungkin menjelaskan mengapa manusia mengabaikan informasi negatif ketika bertentangan dengan pilihan yang dipilih. Satu studi menunjukkan keputusan berdasarkan emosi diperkuat ketika orang menolak data baru tentang kandidat politik yang mengandung informasi negatif. Para peserta penelitian ini mencari informasi untuk mendukung kesan langsung mereka, sambil memberikan sedikit kepercayaan pada bukti yang bertentangan.

Kognisi panas mungkin mewakili respons otomatis yang evolusioner berdasarkan meniru rekan-rekan dalam suatu budaya. Situasi emosional yang memicu rasa takut, misalnya, mungkin disimpan dalam pikiran bawah sadar dan dipicu oleh peristiwa serupa. Keputusan berdasarkan kognisi panas mungkin tampak impulsif, tetapi juga secara efisien memicu respons langsung dalam situasi kritis atau berbahaya. Proses berpikir ini mungkin menentukan sikap sosial dalam kelompok budaya tertentu.

Psikolog percaya keputusan moral umumnya berasal dari daerah emosional di otak. Gairah kognitif berdasarkan emosi mungkin mengaburkan penilaian ketika seseorang membuat keputusan. Dia mungkin menjadi lebih responsif ketika disajikan dengan informasi yang memicu gairah yang dialami di masa lalu. Data ini mungkin dengan mudah diambil karena rincian dikodekan dalam memori.