Apa Itu Sindrom Lazarus?

Sindrom Lazarus, lebih formal dikenal sebagai “auto-resusitasi setelah gagal resusitasi cardiopulmonary,” adalah fenomena medis yang diakui di mana seorang pasien dinyatakan meninggal setelah semua tanda vital harus berhenti hanya untuk tiba-tiba hidup kembali. Dinamakan setelah Lazarus, seorang tokoh Alkitab yang dihidupkan kembali oleh Yesus setelah empat hari kematian, terjadinya sindrom ini sangat jarang. Orang yang memiliki sindrom Lazarus termasuk pasien jantung dan pasien dengan penyakit saluran napas obstruktif.

Ada sejumlah teori tentang bagaimana sindrom Lazarus dapat terjadi. Penghidupan kembali spontan mungkin karena efek tertunda dari obat yang diberikan kepada pasien. Misalnya, pada pasien jantung, mungkin ada penundaan efek dari pemberian adrenalin. Pada pasien hiperkalemia, efek bikarbonat mungkin memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan untuk bekerja. Ketika obat-obatan ini akhirnya mengambil tindakan, bagaimanapun, sirkulasi secara spontan dimulai kembali.

Mungkin juga ada penumpukan plak endovaskular, yang setelah pemberian resusitasi kardiopulmoner, terlepas setelah jangka waktu yang tertunda. Meskipun tertunda, tindakan ini kemudian memungkinkan jantung untuk memulai kembali. Akhirnya, pada pasien dengan penyakit saluran napas obstruktif, hiperventilasi dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan napas dengan benar menciptakan sejumlah besar tekanan di dada. Setelah tanda-tanda vital berhenti dan pasien berhenti bernapas, hiperinflasi dan tekanan yang dihasilkan mungkin akan berkurang, sehingga fungsi tubuh normal dapat dimulai.

Terjadinya sindrom Lazarus mungkin lebih umum daripada yang terlihat. Mungkin ada kurangnya pelaporan fenomena karena implikasi hukum dan fisiologis yang dapat ditimbulkannya. Rumah sakit dan dokter, misalnya, dapat dianggap bertanggung jawab secara hukum karena salah menyebut individu sebagai orang mati dan menghentikan tindakan penyelamatan jiwa yang dapat mempertahankan fungsi mental dan fisik. Kompetensi staf yang terlibat mungkin dipertanyakan, dan kurangnya penjelasan fisiologis dalam beberapa kasus dapat menciptakan kegelisahan dan ketidakpercayaan yang signifikan.

Sindrom Lazarus telah membawa sejumlah pertanyaan kepada komunitas medis tentang kepastian kematian dan apa artinya ini untuk beberapa prosedur. Misalnya, situasi seperti donasi organ jantung yang tidak berdetak, ketika seseorang yang menggunakan alat pendukung kehidupan dicabut segera sebelum donasi, telah menimbulkan pertanyaan tentang kapan seseorang dapat dianggap meninggal. Pertanyaan lain telah diprovokasi mengenai kapan upaya resusitasi harus dihentikan dan berapa lama setelah seseorang dinyatakan meninggal harus dilakukan otopsi. Bagi banyak orang, fenomena ini mengingatkan pada praktik Victoria mengubur orang yang dicintai dengan seutas tali di tangan melekat pada lonceng di permukaan, untuk berjaga-jaga.