Hubungan antara neurotransmitter dan kecanduan ditemukan pada kemampuan zat adiktif untuk mengganggu aktivitas otak neurotransmitter. Neurotransmitter adalah pembawa pesan yang dikirim antara neuron dan reseptor. Rasa sakit, kesenangan, kebosanan, dan pesan-pesan lainnya dibawa oleh neurotransmiter. Narkoba, alkohol, dan zat adiktif lainnya tidak hanya mencegah aktivitas neurotransmiter yang sesuai, tetapi juga menciptakan aktivitas otak yang mengubah perilaku.
Dopamin adalah neurotransmitter utama yang dipengaruhi oleh kecanduan. Neurotransmitter ini mempengaruhi kontrol gerakan, emosi, kesenangan, dan rasa sakit. Obat yang berbeda dapat merangsang atau menghambat reseptor dopamin otak. Ini mengganggu kemampuan neurotransmitter untuk bekerja secara efektif.
Kokain adalah salah satu contoh obat yang memengaruhi aksi dopamin di otak. Menggunakan kokain meningkatkan kadar dopamin dan menciptakan euforia sementara. Setiap obat yang digunakan memblokir atau merangsang neurotransmiter, yang memengaruhi pikiran dan perilaku pengguna. Beberapa obat, termasuk amfetamin, mengganggu aliran normal neurotransmiter otak. Obat lain melewati sistem neurotransmitter sepenuhnya dan langsung menuju reseptor.
Ketika neurotransmiter dopamin secara konsisten distimulasi melalui penggunaan narkoba, otak berhenti membuat dopamin dengan sendirinya. Ini disebut desensitisasi, sering disebut sebagai toleransi obat. Desensitisasi membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk membalikkan dirinya sendiri setelah penggunaan narkoba dihilangkan.
Obat yang berbeda memiliki hubungan yang berbeda antara neurotransmiter dan kecanduan. Misalnya, amfetamin meningkatkan pelepasan dopamin, dan kokain mengikat neurotransmitter, mengurangi pelepasan dopamin, namun kedua obat tersebut menghasilkan perasaan bahagia dan energi. Tingkat dan kecepatan perubahan bahan kimia otak dengan penggunaan narkoba juga berdampak pada neurotransmiter serta kecanduan.
Karena efek obat tertentu pada neurotransmiter dan kecanduan, beberapa obat dianggap lebih adiktif daripada yang lain. Kokain crack dan opiat termasuk heroin, morfin, dan obat penghilang rasa sakit yang diresepkan dianggap sangat adiktif. Ganja dianggap jauh lebih tidak membuat ketagihan. Nikotin dianggap yang paling adiktif dari obat psikoaktif.
Penggunaan narkoba kronis, seperti yang terlihat pada kecanduan, berdampak pada fungsi otak. Neurotransmitter dan kecanduan dipelajari dalam upaya untuk memahami hubungan mereka dan menemukan obatnya. Penelitian telah menemukan penggunaan narkoba kronis mengubah korteks frontal otak. Ini adalah area yang bertanggung jawab untuk memahami konsekuensi dari tindakan. Tidak belajar dari kesalahan, tidak mengkhawatirkan risiko, dan tidak mempedulikan konsekuensi adalah produk sampingan dari hubungan antara neurotransmiter dan kecanduan.