Deglutition adalah istilah ilmiah untuk kata menelan. Itu berasal dari kata Latin deglutire, yang berarti “menelan.” Otot-otot di lidah, faring, dan kerongkongan terlibat dalam proses deglutisi, yang dibagi menjadi tiga fase: fase oral, fase faring, dan fase esofagus. Saraf kranial juga memainkan banyak peran penting dalam fase ini.
Fase lisan biasanya merupakan fase volunter, artinya sering dilakukan secara sadar oleh individu. Dimulai saat makanan masuk ke mulut. Melalui proses pengunyahan, atau mengunyah, makanan dipecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Kemudian lidah mendorong potongan makanan ke arah faring, atau belakang tenggorokan. Saraf kranial yang terlibat selama fase oral adalah saraf trigeminal, saraf wajah, dan saraf hipoglosus.
Segera setelah makanan mencapai bagian belakang tenggorokan, fase faring, yang sebagian besar tidak disengaja, terjadi. Uvula dan langit-langit lunak biasanya mencegah perjalanan makanan menuju hidung dengan menutupi nasofaring, yang membuka ke rongga hidung. Pada saat yang sama, refleks deglutisi dimulai dengan mendorong makanan menuju kerongkongan dan menjauh dari paru-paru dengan bantuan epiglotis, yang merupakan lipatan jaringan yang menutupi laring. Selama proses ini, apnea deglutition terjadi, yang berarti pernapasan berhenti untuk waktu yang sangat singkat. Saraf kranial yang terlibat selama fase ini termasuk saraf vagus, aksesori, dan hipoglosus.
Fase esofagus, yang juga terjadi tanpa disengaja, dimulai dengan pembukaan sfingter esofagus untuk membiarkan makanan masuk. Ketika makanan mencapai ujung kerongkongan, otot lain, yang disebut sfingter jantung, terbuka untuk membiarkan makanan masuk ke perut untuk dicerna. Sfingter adalah cincin otot yang berkontraksi dan berelaksasi, dan mencegah atau memungkinkan lewatnya bahan dari satu area ke area berikutnya, seperti antara di kerongkongan dan perut.
Gangguan deglutisi terkadang terjadi pada usia lanjut, terutama setelah stroke. Karena saraf kranial sering terkena pada pasien stroke, partikel makanan terkadang dapat masuk ke paru-paru mereka dan menyebabkan infeksi. Setiap cacat lahir, infeksi, obstruksi, cedera, atau pertumbuhan kanker di faring atau kerongkongan dapat mempengaruhi proses deglutition. Gejala yang paling umum dari gangguan deglutition adalah disfagia, atau kesulitan menelan. Gejala lainnya adalah odynophagia, atau nyeri saat menelan.