BPD dan PTSD sering terjadi bersamaan, dapat memiliki beberapa gejala yang sama dan mungkin memiliki faktor penyebab yang serupa. Kedua gangguan tersebut diyakini paling mungkin terjadi pada mereka yang telah hidup melalui keadaan traumatis, seperti kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, pemerkosaan, perang, atau kecelakaan. Orang yang mengalami peristiwa traumatis seperti itu di awal kehidupan dianggap paling mungkin untuk mengembangkan gangguan kepribadian ambang (BPD), terutama jika trauma itu berkepanjangan, seperti dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan anak. Orang yang mengalami trauma psikologis tunggal atau berkepanjangan di kemudian hari diyakini lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Orang dengan BPD mungkin lebih mungkin mengembangkan PTSD sebagai respons terhadap trauma psikologis, dan para ahli percaya bahwa BPD dan PTSD sering terjadi bersamaan.
Menurut penelitian, lebih dari separuh penderita BPD juga menderita PTSD. BPD dan PTSD dapat terjadi bersama-sama karena trauma awal kehidupan yang berkontribusi terhadap BPD dapat mempersulit pasien ini untuk mengatasi peristiwa traumatis di kemudian hari. Orang dengan BPD mungkin memiliki masalah dalam membedakan antara peristiwa traumatis di masa lalu dan peristiwa traumatis di masa depan. Ketika mereka mengalami trauma, mereka mungkin akan mengingat atau bahkan merasa seolah-olah sedang menghidupkan kembali trauma masa lalu. Beberapa profesional berspekulasi bahwa beberapa gejala BPD, termasuk perilaku impulsif, kecerobohan, dan kecenderungan untuk melakukan hubungan romantis yang tidak stabil, dapat meningkatkan kemungkinan pasien BPD mengalami trauma psikologis berulang di kemudian hari.
Gejala BPD biasanya membuat pasien sulit untuk mengontrol suasana hati mereka, membentuk citra diri yang layak, bergaul dengan orang lain, atau mempercayai orang lain. Akibatnya, BPD dan PTSD dapat terjadi bersama-sama karena individu dengan BPD sering kekurangan rasa diri yang sehat atau jaringan dukungan sosial, hal-hal yang dapat menjadi penting ketika mengatasi trauma. Orang dengan BPD mungkin juga berjuang dengan ketakutan bahwa mereka akan ditinggalkan, dan dapat mengembangkan depresi, kecemasan, dan paranoia.
Banyak gejala PTSD mirip dengan BPD. Sama seperti orang dengan BPD, orang dengan PTSD sering menemukan diri mereka terobsesi dengan peristiwa traumatis di masa lalu, menghidupkan kembali ingatan mereka dan kadang-kadang bahkan merasa seolah-olah peristiwa itu terjadi lagi. BPD dan PTSD keduanya dapat menyebabkan orang tetap waspada terhadap tanda-tanda bahaya di lingkungan, sehingga orang-orang ini mungkin tidak pernah merasa aman, di mana pun mereka berada. Kedua gangguan tersebut dapat menyebabkan perubahan suasana hati, masalah manajemen kemarahan, depresi, kecemasan, perilaku impulsif, dan keinginan bunuh diri.