Mengelola kolesterol penting untuk meminimalkan risiko penyakit jantung. Menurut pedoman yang ditetapkan oleh Program Pendidikan Kolesterol Nasional, kadar kolesterol yang sehat dianggap 200 mg/dL atau kurang. Rasio kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL) ke lipoprotein densitas rendah (LDL) juga relevan, yang idealnya masing-masing harus 100 mg/dL atau kurang dan 45 mg/dL (55 mg/dL untuk wanita).
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol, terutama pola makan dan kebiasaan gaya hidup. Namun, bahkan individu yang paling sadar kesehatan pun dapat mengalami peningkatan kolesterol dan bahkan tidak mengetahuinya. Dalam hal ini, genetika dapat merusak upaya untuk mencapai tingkat kolesterol yang sehat, meskipun mengikuti diet rendah lemak dan olahraga teratur. Faktanya, hanya dua hal yang benar-benar mengendalikan kadar kolesterol adalah hati dan usus.
Kolesterol adalah zat lemak yang diproduksi oleh hati untuk tujuan memproduksi asam empedu untuk mencerna makanan. Organ ini juga mengatur kolesterol dengan mengeluarkannya dari darah. Ini terjadi karena lipoprotein densitas tinggi (HDL) membawa lipoprotein densitas rendah (LDL) kembali ke hati. Inilah sebabnya mengapa tingkat kolesterol sehat secara keseluruhan berarti memiliki lebih banyak kolesterol HDL daripada LDL karena LDL bertanggung jawab atas perkembangan plak arteri.
Usus juga menyerap sejumlah kolesterol, baik dari makanan maupun dari empedu yang dikirim dari hati. Kadang-kadang usus tidak dapat mengikuti jumlah kolesterol yang dibuat oleh hati, dan kolesterol yang tidak diserap berakhir dalam sirkulasi darah. Sekali lagi, molekul HDL akan memindahkan LDL dan trigliserida dari darah, tetapi hanya jika mereka hadir dalam jumlah yang cukup. Namun, faktor utama yang mengontrol seberapa baik kolesterol LDL dikeluarkan dari darah adalah masalah genetika.
Ini menjelaskan mengapa beberapa orang membutuhkan bantuan tambahan untuk mencapai tingkat kolesterol yang sehat. Hati akan terus memproduksi kolesterol dalam jumlah berapa pun yang dibutuhkan oleh tubuh, terlepas dari pola makan dan olahraga. Faktor lain yang dapat meningkatkan kadar kolesterol termasuk obat-obatan tertentu, seperti pil KB, steroid, dan beta-blocker. Estrogen menawarkan perlindungan bagi sebagian besar wanita dari peningkatan kolesterol, tetapi efek ini berkurang seiring bertambahnya usia, terutama setelah menopause.
Tidak perlu menunggu sampai usia paruh baya untuk melakukan pemeriksaan kolesterol, seperti yang diyakini banyak orang. Ini terutama benar jika ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau stroke. Tes darah dapat memberikan analisis lipoprotein, dipecah oleh kadar serum LDL, HDL, dan trigliserida. Setelah analisis ini selesai, sebuah program yang dirancang untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kolesterol yang sehat dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan individu.